Thursday, 13 March 2014

METODE INDUKSI



Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau particular untu menarik kesimpulan umum tertentu.
1.      Induksi Gaya Bacon
Sasaran kritik Bacon adalah kaum rasionalis dimana dalam menemukan kebenaran mereka lebih menggunakan akal budi dan mengesampingkan peran pengamatan indrawi. Menurut Bacon, ilmu pengetahuan dan ilmuwan terlalu berupaya mengontrol dan memanipulasi alam menurut kehendaknya. Selain itu sasaran kritik Bacon lainnya adalah teologi, yan bertolak dari proposisi yang tidak bisa diragukan lagi kebenarannya. Inti dari induksi gaya Bacon adalah ilmu pengetahuan harus bermula dari dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak dipengaruhi oleh pengandaian atau anggapan apapun juga. Menurut Bacon ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
a.      Ketika mengadakan penelitian ilmiah, ilmuwan haru bebas dari segala macam spekulasi awal, seperti segala macam teori, segala macam anggapan dan dugaan, yang dapat memperdaya kita dalam mengamati objek penelitian. Tujuannya untuk mencegah bias ilmiah.
b.      Sebisa mungkin memperhatikan fakta dan data yang bertentangan satu sama lain. khususnya data dan fakta yang berbeda dari yang telah diperoleh bahkan yang tidak disangka-sangka.
c.       Setelah mengamati objek sebagaimana adanya dan mengumpulkan fakta dan data tentang objek itu, fakta dan data tersebut di evaluasi, diklasifikasi, dirumuskan, dan disimpulkan sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki oleh ilmuwan. Pada tingkat ini, ilmuwan baru dapat menggunakan konsep dan teori yang telah diketahui untuk mengolah data yang ada.
Ada dua manfaat dari metode induksi Bacon, yaitu:
a.      Dengan metode ini ilmuwan benar-benar melihat kenyataan secara objektif, dan bukan kenyataan sebagaimana dilihat dari kacamata ilmuwan. Kenyataan tidak dipaksa untuk cocok dengan pikiran ilmuwan.
b.      Kegiatan ilmiah tidak jatuh menjadi ideologi. Dimana ilmu harus bertujuan untuk mengungkapkan kenyataan sebagaimana adanya, termasuk kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang telah di pikirkan.

2.      Keberatan dan Kelemahan Induksi Gaya Bacon
Terdapat dua keberatan atas induksi gaya Bacon dan kerja induksi pada umumnya, yaitu:
a.      Pada kenyataannya, kita tidak pernah mendekati, meneliti, dan membaca alam dengan mata telanjang yang kosong sama sekali. Pada saat kita mengamati objek tertentu, sesungguhnya kita sudah memiliki kerangka teoritis, asumsi dan hipotesis tertentu yang dihasilkan dari proses abduksi. Bacon melakukan pembelaan dengan mengatakan bahwa asumsi teoritis tetap penting tapi ilmuwan tidak boleh menjadi budak dari asumsi tersebut. Kita harus terbuka pada penemuan baru. Oleh karena itu, fakta dan data empiris yang kita temukan pada penelitian lebih berperan penting bagi lahirnya sebuah hukum atau teori baru daripada sebuah asumsi teoritis.
b.      Bacon melakukan kekeliruan dan mengabaikan spekulasi ilmiah. Dimana fakta, data dan fenomena tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tapi perlu dilakukan penafsiran. Selain fakta dan data, yang juga diperlukan dalam kegiatan ilmiah adalah spekulasi, imajinasi dan keberanian untuk menebak apa yang mungkin ada dibalik fakta dan data tersebut untuk pada akhirnya menemukan lebih lanjut fakta dan data yang lebih akurat dan signifikan untu bisa melahirkan hukum atau teori tertentu.
c.       Induksi selalu tidak pernah lengkap. Ilmuwan mendasarkan diri pada sedikit fakta dan data yang ditemukan kemudian dijadikan kesimpulan umum yang diandaikan berlaku untuk semua fakta dan data yang tidak ditemukan. Kebenaran kesimpulan yang diberikan juga tidak pernah mutlak. Selalu ada fakta dan data baru dan menggugurkan kesimpulan yang telah diperoleh sebelumnya. Kebenaran hanya bersifat sementara karena bisa saja ada fakta lain yang menyangkal kebenaran kesimpulan yang merupakan hipotesis ilmiah sebelumnya.

3.      Langkah-langkah Metode Induksi
Terdapat dua langkah metode induksi, yaitu:
a.      Langkah-langkah metode induksi murni
Dalam induksi murni, ada 4 langkah penting, yaitu:
1.      Identifikasi Masalah yaitu menetapkan dan merumuskan apa masalah yang ingin dipecahkan
2.      Pengamatan dan pengumpulan data. Melalui pengamatan tersebut dikumpulkan berbagai fakta dan data yang diduga dapat menjelaskan masalah diatas.
3.      Merumuskan hipotesis merupakan jawaban sementara berdasarkan fakta dan data yang telah ditemukan.
4.      Tahap pengujian hipotesis. Tahap ini bermaksud untuk menguji lebih lanjut kebenaran hipotesis dengan melakukan penelitian dan percobaan lebih lanjut untuk membuktikan apakah sebab yang menjadi dugaan dalam hipotesis memang terbukti benar.
b.      Langkah-langkah metode induksi yang telah dimodifikasi
Dalam metode induksi yang telah dimodifikasi, terdapat 4 langkah penting, yaitu:
1.      Adanya suatu situasi masalah. Terdapat masalah tertentu yang sulit dijawab dan mendorong kita untuk melakukan penelitian dan menjawab masalah tersebut dan menjelaskannya.
2.      Pengajuan hipotesis tentatif tertentu yang diduga menjadi jawaban. Hipotesis ini merupakan hasil dari abduksi. Hipotesis dibentuk dari akal sehat, dugaan murni, spekulasi, imajinasi maupun asumsi tertentu.
3.      Penelitian lapangan. Penelitian lapangan ini dimaksudkan untuk menjawab masalah yang ada berdasarkan hipotesis yang telah diajukan.
4.      Pengujian hipotesis. Dalam langkah ini, hipotesis awal atau yang telah diganti diuji berdasarkan fakta dan data yang kita temukan dan kumpulkan. Kalau hipotesis tersebut didukung oleh fakta dan data makan hipotesis itu diterima dan sebaliknya.

4.      Situasi Masalah
Masalah adalah kenyataan atau situasi yang tidak atau belum dipecahkan atau diterangkan dengan kekayaan pengetahuan yang ada (hukum atau teori ilmiah). Jadi, situasi masalah adalah situasi dimana pengetahuan yang ada tidak mampu memberi penjelasan tentang kekayaan yang dihadapi. Masalah harus dirumuskan secara tepat karena sebagai penentu keberhasilan sebuah penelitian. Penelitian suatu masalah sangat ditentukan oleh tujuan penelitian. Ada macam-macam tujuan penelitian, yaitu:
·         Untuk kepentingan ilmiah murni. Tujuan utama penelitian untuk memenuhi keingintahuan akademis-ilmiah.
·         Sekedar memuaskan rasa ingin tahu tanpa bermaksud menghasilkan teori baru.
·         Menyumbangkan pemikiran bagi kebutuhan sosial tertentu dan menjawab permasalahan sosial.
·         Memperoleh teori atau masukan ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk kepentingan tertentu.
a.      Beberapa ciri masalah yang baik
Peneliti harus mampu memilih mana masalah yang pantas untuk diteliti. Ada beberapa ciri masalah yang pantas diteliti, baik dari segi isi maupun factor penunjangnya, yaitu:
1.      Masalah harus mempunyai nilai untuk diteliti. Maksudnya adalah a) masalah tersebut mempunyai arti penting untuk diteliti baik bagi kepentingan ilmiah maupun bagi kehidupan manusia, b) masalah tersebut harus bisa diteliti dan dikaji dengan berbagai perangkat penelitian yang ada, c) masalah tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menarik dan menantang untuk diteliti.
2.      Masalah yang diteliti harus feasible yaitu masalah tersebut mempunyai kemungkinan untuk dipecahkan atau layak untuk diteliti.
3.      Masalah tersebut harus sesuai dengan kualifikasi peneliti. Dimana peneliti tertarik dengan masalah tersebut dan berada dalam jangkauan kemampuan ilmiah peneliti yang bersangkutan.

b.      Sumber-Sumber Masalah
1.      Dari pengamatan atas berbagai gejala sosial dan alam disekitar kita.
2.      Dari bacaan ilmiah yang sedang dibaca.
3.      Dari diskusi dan berbagai pertemuan ilmiah.

5.      Perumusan dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang berisikan dugaan sementara mengenai sebab dari suatu masalah tertentu (fakta, peristiwa) yang dianggap benar untuk dibuktikan kebenarannya lebih lanjut. Hipotesis mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
a.      Untuk memberi batasan serta kerangka penelitian.
b.      Untuk mengarahkan perhatian peneliti pada gejala, fakta dan data yang bisa bermanfaat bagi penelitian.
c.       Sebagai alat (tool of analysis) yang sederhana untuk mengaitkan fakta dan data yang tercerai berai tanpa koordinasi kedalam satu kesatuan yang menyeluruh, yang memperlihatkan keterkaitan di Antara fakta dan data tersebut.

Perumusan hipotesis harus secara singkat, padat, jelas dan berjangkauan luas. Setelah merumuskan hipotesis maka dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis didapat dengan membuat prediksi atau ramalam tentang konsekuensi logis atau implikasi logis dari hipotesis. Prediksi mengenail fakta tersebut akan membuktikan apakah hipotesis itu memang benar atau tidak. 

No comments:

Post a Comment