Thursday, 13 March 2014

METODE ABDUKSI DAN DEDUKSI

Writen by: Andini
1.      Pengantar
Ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda ilmu pengetahuan merupakan hasil yang sudah jadi. Sedangkan sebagai kata kerja, ilmu pengetahuan adalah proses yang melibatkan ilmuwan dalam mencapai kebenaran atau dapat juga dikatakan sebagai metode atau cara atau kegiatan yang dipraktekkan. Metode ilmu pengetahuan berasal dari permasalahan atau keraguan. Keraguan menunjukkan beberapa dimensi, yaitu 1). Bahwa kita tidak mengetahui sesuatu, 2). Bahwa kita memiliki hasrat untuk mengetahuinya, 3). Bahwa kita berusaha untuk menemukan kebenaran. Motivasi terdalam dari seorang ilmuwan adalah cinta pada pengetahuan teoritis, hal ini akan membawanya memilih metode yang terbaik untuk mencapai pengetahuan.
2.      Metode Ilmu Pengetahuan dan Metode Berpikir Lainnya
Metode ilmiah diperlukan dapat mencapai kebenaran secara efektif. Dilihat dari cara untuk mencapai kebenaran, metode ilmiah terbagi menjadi tiga, yaitu:
a.      Method of tenacity yaitu metode yang mengajarkan seseorang agar bertahan dengan pendiriannya. Metode ini menjanjikan ketenangan dan keamanan bagi tiap orang yang berpegang teguh pada apa yang diyakininya. Kelemahannya adalah tiap orang tidak dapat berpikir dan mengajukan pertanyaan atas apa yang diyakininya. Mereka harus puas pada keyakinannya sendiri dan tidak terbuka pada keyakinan lainnya.
b.      Method of authority (kebenaran berasal dari otoritas). Menurut metode ini kebenaran berasal dari institusi yang memiliki wewenang untuk mengajarkan banyak orang untuk percaya apa yang patut dipercaya.  Asumsi dasar metode ini adalah secara intelektual setiap orang adalah hamba dari institusi. Otoritas menjadi sumber utama bagi jawaban atas setiap pertanyaan. Kelemahan metode ini adalah tidak semua orang dapat diajar.
c.       A priori method. Menurut metode ini, setiap orang dapat menerima semua pandangan yang sesuai dengan pikirannya dan menolak pandangan yang tidak sesuai dengan pikirannya tanpa harus dibuktikan dengan fakta-fakta empiris yang dapat diamati. Kelemahan metode ini adalah gagal melihat fakta-fakta empiri dengan tepat. Jawaban yang didapat dari pertanyaan masih tidak mendasar karena di tentukan oleh selera pribadi.
Berbeda dengan ketiga metode diatas, metode ilmiah mengajak setia orang untuk mengajukan sendiri pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya berdasarkan pengalamannya tentang alam.
3.      Metode Abduksi
Menurut C.S. Peirce, abduksi adalah proses yang terjadi dalam pikiran ilmuwan. Proses abduksi terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a.      Pemikiran Peirce tentang abduksi
Awal mulanya Peirce memandang abduksi terdiri dari tiga proposisi yaitu: proposisi tentang hokum (rule), tentang suatu kasus (case) dan proposisi tentang kesimpulan (result). Ketiga hal itu dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang terdiri dari premis mayor, minor dan kesimpulan. Bentuk silogisme hipotesis:
Jika A, maka B
Dan A:
Maka B
Pada perkembangannya, Peirce sadar bahwa abduksi merupakan tahap pertama dari penelitian ilmiah. Secara formal, abduksi sebenarnya suatu bentik silogisme yang bertolak dari fakta. Dari fakta tersebut lalu dirumuskan sebuah hipotesis untuk menjelaskan fakta tersebut. Terdapat dua ciri abduksi, yaitu:
1.      Abduksi menawarkan suatu hipotesis yang memberikan eksplanasi yang probable. Kebenaran hipotesis masih harus dibuktikan melalui proses verifikasi.
2.      Hipotesis dapat memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung. Contoh teori Kopernikus tentang heliosentrisme.
Kesimpulannya bahwa abduksi hanya menghasilkan hipotesis sebagai penjelasan sementara. Hipotesis yang coba ditawarkan melalui abduksi tidak lebih dari suatu vague ideas, yang masih harus dibuktikan melalui induksi dan deduksi.
b.      Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis
Berikut akan dijelaskan beberapa syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam memilih suatu hipotesis, yaitu:
1.      Hipotesis yang dipilih dapat di verifikasi secara eksperimental, namun sebelum itu pemilihan hipotesis perlu mendapat pertimbangan ekonomi (dilihat dari finansial dan waktu). Hipotesis yang dipilih adalah hipotesis yang sudah ada dan yang membuka jalan lebih besar bagi pengetahuan.
2.      Dampak positif dari hipotesis bagi ilmu. Jika sebuah hipotesis dapat menjelaskan fenomena lain secara bersamaan, hipotesis itu perlu dipertimbangkan untuk di verifikasi lebih lanjut.
3.      Nilai suatu hipotesis. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang dapat diuji sekaligus dapat membantu bagi perkembangan ilmu itu sendiri secara dinamis.
c.       Kesimpulan: nilai teoritis fase abduksi
1.      Abduksi menghasilkan suatu proposisi yang mengandung konsep universal (generalitas). Suatu hipotesis mempertegas bahwa suatu kasus individual ditempatkan dalam suatu kelas yang lebih umum.
2.      Abduksi merupakan suatu proses yang tidak dapat dipatok dengan satu jenis penalatan formal (reason) saja. Hipotesis abduktif tidak muncul dari suatu proses logis yang ketat, tetapi dari suatu kilatan insight, pengertian, ide, dibawah imajinasi dan diluar kemampuan penalaran kritis.
3.      Proses abduksi menegaskan bahwa ilmu pengetahuan selalu berusaha menangkap orisinalitas realistis. Abduksi menawarkan hipotesis yang harus diuji, bukan sesuatu yang diketahui kebenarannya.
4.      Abduksi merupakan suatu fase interpretasi dalam arti proposisi hipotesis yang berhasil dirumuskan tidak lain dari cara pandang ilmuwan terhadap fakta atau pengalaman.
4.      Metode Deduksi

Proses deduksi adalah proses menarik prediksi-prediksi dari suatu hipotesis. Dengan kata lain, deduksi adalah usaha untuk menyingkapkan konsekuensi-konsekuensi eksperiensial dari hipotesis eksplanatoris. Tugasnya adalah mengeksplikasi hipotesis dengan cara menarik konsekuensi eksperiensial dari suatu hipotesis. Dalam proses memikirkan prediksi dari hipotesis, seorang ilmuwan dapat berkonsentrasi hanya pada makna generalitas predikat dari hipotesis. Proses ini membuat hipotesis menjadi semakin lama makin jelas dan mudah dipahami. Proses deduktif dalam penelitian ilmiah harus berhenti dengan prediksi dalam bentuk jika-maka. Ini berarti hasil dari pengujian tidak atau belum diketahui. 

No comments:

Post a Comment