Monday 27 July 2015

Kisah Inspiratif : Mantan Narapidana Laki-laki Indonesia & Ust. Jefry

Cerita ini saya posting dari referensi yang saya gunakan untuk memberikan biblioterapi kepada narapidana di Rutan Kelas 1 Surabaya. Semoga bermanfaat bagi teman-teman pembaca semuanya.





 


KATA PENGANTAR 
 Bacaan ini dibuat sebagai pegangan saat terapis akan melakukan biblioterapi.
Sebuah terapi yang digunakan dengan menggunakan bahan bacaan sebagai bentuk untuk merefleksikan diri klien terhadap tokoh yang ada di dalam bacaan tersebut. diharapkan bacaan-bacaan yang dikembangkan dalam buku ini dapat memberikan insight sehingga pembaca berkeinginan memiliki kehidupan yang lebih baik. diakui bahwa penulisan bacaan ini tidaklah sempurna, akan tetapi bacaan ini benar-benar diambil dari kehidupan nyata teman kita yang beruntung karena mendapatkan pintu taubat dan hikmah dari Allah SWT. Semoga kita semua juga tergolong hamba-Nya yang beruntung mendapatkan hidayah dan pintu taubat. Sekian penulis sampaikan. Semoga buku ini bermanfaat. Amin.

Surabaya, April 2015

Rizky Dianita Segarahayu. S,Psi.






Anton Medan : Mantan Rampok dan Bandar Judi Jadi Da'i

            Anton Medan atau yang bernama asli Tan Hok Liang. Ia lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada tanggal 1 Oktober 1957. Di usia 8 tahun Anton harus berhenti sekolah karena permintaan ibunya untuk membantu berjualan kue keliling. Anton hanya selesai mengenyam bangku Sekolah Rakyat (sekarang SD) selama 7 bulan dan belum bisa membaca dan menulis.
            Saat berusia 12 tahun, Anton (panggilan kecilnya Koh Liem) menjadi anak terminal di Tebing Tinggi. Ia menjual jasa untuk mencarikan penumpang bagi sopir. Koh Liem dikenal sebagai pekerja yang rajin. Banyak sopir bus terminal yang senang dan kerap memanggilnya Cintong (Cina Tongkol).
Meskipun demikian, tak semua sopir menghargai kerja kerasnya. Hingga suatu ketika ada seorang sopir yang tidak memberikannya upah. Anton pun protes karena Anton harus pulang dengan membawa uang untuk menghidupai ibu dan adiknya. Akan tetapi sopir tersebut malah marah kepadanya. Tak tahan dengan hal tersebut, maka terjadilah perang mulut. Akibat tersulut emosi, Anton pun mengambil sebuah balok kayu dan menghantamkan balok kayu tersebut ke kepala sopir terminal tersebut sekuat tenaganya. Sopir polisi itu pun tersungkur berceceran darah dengan kondisi luka di kepala. Melihat hal tersebut Anton pun melarikan diri, namun masyarakat mengejarnya dan polisi berhasil menangkapnya. Anton pun sempat menjadi tahanan kepolisian, namun karena usianya yang masih belia, ia pun dibebaskan bersyarat.
Pada tahun 1970, Anton merantau ke terminal Amplas Medan. Usianya baru menginjak 13 tahun. Di Medan ia bekerja sebagai pencuci bus, seperti halnya di terminal Tebing Tinggi, ia dikenal sebagai pekerja yang rajin. Dalam satu hari ia bisa membersihkan 3-5 badan bus yang kotor dan berdebu. Seolah tak putus dirundung masalah, di terminal Amplas ini pun uangnya dicuri. Menyadari hal tersebut Anton pun menyelidikinya. Setelah menemukan siapa pencurinya ia pun menegur pencuri tersebut dengan berani. Akan tetapi pencuri tersebut malah marah kepada dirinya dan memukul dirinya. Tak terima dengan perbuatan pencuri tersebut, Anton pun membalasnya.
Orang-orang yang melihatnya berkelahi kemudian melerainya. Pencuri tersebut kembali menuduh dirinya. Di saat merasa tersudut, akhirnya Anton melihat sebilah kapak bergerigi yang biasa digunakan untuk membilah es batu yang tergeletak tak jauh darinya. Secepatnya Anton mengambil kapak itu dan menghujamkannya ke wajah lawannya. Seketika itu juga lawannya roboh. Beberapa saat kemudian Anton ditangkap oleh polisi dan mendapatkan hukuman penjara selama 4 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Tiang Listrik, Medan.
Di dalam LP, Anton belajar membaca dan menulis. Kemungkinan memiliki intelegensi yang baik, dalam waktu satu minggu ia pun sudah bisa membaca koran. Di dalam LP, Anton juga mencari Tuhan. Tidak yakin dengan agama pertama yang dianutnya yaitu nasrani, akhirnya ia pun berkali-kali pindah agama dan akhirnya ia memeluk islam untuk selamanya. Saat memeluk islam ia menemukan kenyamanan batin yang tidak ditemukan pada agama lain. Meskipun di dalam LP Anton banyak belajar tentang agama islam,  akan tetapi tampaknya Anton belum benar-benar bertaubat.
Setelah 4 tahun menjalani hukuman di penjara, pada usia 17 tahun Anton pun bebas. Kebebasannya tersebut membuat dirinya merasa gembira dan segera ingin pulang melepas rindu kepada keluarga. Tapi sayang, sesampainya di rumah ibu hanya memberikan waktu 2 jam untuk melepas rindu. Ibu merasa malu kepada tetangga dan meminta agar Anton tidak kembali lagi. Anton merasa sedih karena dirinya ditolak oleh sang ibunda. Niatnya ingin merubah diri di jalan yang baik, namun ibunda menolak kehadirannya untuk tinggal bersama-sama lagi. Akhirnya dengan berat hati, Anton pun melangkah pergi.
Di tengah kegalauannya, Anton teringat pamannya yang berada di Jakarta. Dengan modal nekat hanya membawa uang seribu rupiah akhirnya Anton pun ke Jakarta dan meminta bantuan paman untuk mencari pekerjaan yang layak. Akan tetapi, setibanya di Jakarta, harapan yang ia pupuk selama ini hancur berantakan. Kurang lebih setelah 7 bulan luntang-luntung mencari rumah paman, ternyata paman tidak mengakuinya sebagai keponakan. Begitu pula adiknya juga tidak mengakui dirinya sebagai kakak karena merasa malu. Ia merasa sangat kecewa untuk yang kedua kalinya.
Di tengah kekecewaannya yang mendalam, Anton melakukan apapun untuk dapat bertahan hidup di Jakarta. Hingga akhirnya Anton bertemu dengan kenalannya di simpang jalan yang bepenampilan perlente. Orang tersebut ternyata baru saja menjambret. Merasa tidak memiliki teman dan pekerjaan, setelah mendengar cerita orang tersebut, akhirnya Anton pun tergiur. Akhirnya ia menjual celana kesayangannya demi sebuah pisau. Dengan pisau tersebut ia mulai menjambret dan berhasil.
Mulai saat itu, kehidupan Anton pun berubah. Ia sudah memilih kejahatan sebagai profesinya. Senjatanya tak sekedar pisau, melainkan juga pistol. Ia terkenal sebagai penjahat kelas kakap dan paling di cari di Jakarta dengan nama Anton Medan. Perjalanan Anton Medan tak sekedar menjadi penjahat professional. Anton pun merambah usaha lainnya yaitu menjual obat-obatan terlarang. Merasa jenuh dengan usaha tersebut, Anton pun mulai merambahi dunia perjudian. Ia menjadi Bandar judi setelah meruntuhkan kekuasaan Bandar judi besar bernama Hong Lie. Sebagai bandar judi, pendapatannya satu malam mencapai puluhan juta. Ia menikmati gaya hidup mewah. Tetapi ironisnya uang hasil judinya tersebut juga mudah habis. Akhirnya ia mengalami kebangkrutan dan membuatnya merasa frustrasi. Ia kalah bahkan hingga milyaran rupiah.
Dalam kebangkrutan itu, ia menemukan hikmah yang sangat mendasar. Ia bertemu dengan bekas sopir pribadinya dulu. Sopir pribadinya tersebut mengantarkan Anton Medan untuk ke Yayasan Haji Karim Oei yaitu ke ustadz Yunus Yahya. Namun pertaubatannya ditolak karena dia adalah bekas narapidana dan penjahat kejam dan dianggap bahwa dirinya tidak akan bisa berubah.
Setelah itu Anton medan mengikuti pengajian yang diadakan oleh KH. Zainudin MZ pada tahun 1992 saat Nuzulul Qur’an. Setelah pengajian tersebut, Anton Medan pun menemuinya dan belajar banyak tentang Islam. Zainudin MZ pula yang membimbing Anton untuk melakukan pertaubatan dan mengucapkan kalimat syahadat setelah ia mengalami penolakan sebanyak 3 kali saat akan memeluk agama islam dengan sungguh-sungguh. Anton Medan banyak mendapatkan ilmu islam lagi dan ia pun merubah namanya menjadi Muhammad Ramdhan Effendi. Setelah 3 hari mualaf, Anton medan pun melakukan umrah bareng bersama KH. Zainudin MZ, Nur Iskandar, dan Habib Idrus Zamalul Lail. Sejak saat itulah ia mendalami islam secara sungguh-sungguh. Ia banyak di undang untuk memberikan pencerahan kepada para narapidana sehingga di kemudian hari dikenal sebagai da’i. Ia melakukan dakwah sejak tahun 1994 dari penjara ke penjara. Kehidupannya dipenuhi dengan ketenangan baru. Ia pun banyak berdakwah di ratusan lembaga pemasyarakatan.
Salah satu penuturannya adalah “tak seorang pun bisa mengetahui nasib yang akan terjadi kelak kecuali menjadi lebih baik, agar kelak bisa menyongsong masa depan yang lebih baik. Intinya memacu diri dengan belajar dan mau berbuat serta doa dengan ikhlas. Selain itu dia juga mengatakan bahwa “Masih ada harapan itu, asal kita mau berusaha. Ingat Tuhan tidak pernah menutup pintu bagi hamba-Nya yang mau berbuat dan memperbaiki diri. Tuhan selalu memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang bartaubat.”
Anton Medan juga mengajak para napi untuk menjauhi judi, sebab judi merupakan salah satu penyakit masyarakat yang membuat ekonomi keluarga menjadi hancur. Karena judi orang menjadi nekad untuk merampok, membunuh dan menjadikan keluarga berantakan. Baginya tidak ada orang kayak arena judi dan tidak ada bandar judi yang tidak rugi. Begitu pula dengan narkoba yang dapat sangat merusak masa depan generasi penerus bangsa. Maka bertaubatlah selagi belum terlambat.

Dikutip dari Anonim. 2010. Anton Medan: Mantan Rampok dan Bandar Judi yang Jadi Da’i. Diakses di  (http://tipsbloggerpemula.blogsop.com/2010/12/anton-medan-mantan-rampok-dan-bandar.html.)



Pengakuan Jeff : Terlepas Dari Jerat Narkoba

            Kisah ini nyata yang disampaikan kepada redaksi kompasiana.com. sebut saja nama orang tersebut Jeff. Yaa… Masa muda boleh dikatakan sebagai masa saat seseorang akan mencoba hal-hal baru. Ada semacam tantangan dan dorongan untuk menaklukkan sesuatu. Hal baru tersebut bisa dalam arti yang positif maupun yang negatif. Semua itu tidak lepas dari komunitas dan lingkungan tempat kita melakukan sosialisasi.
            Solidaritas pertemanan bagi anak muda boleh dibilang sebagai sesuatu yang utama. Bisa diterima dalam sebuah kelompok merupakan bagian dari jati diri. Solidaritas pertemanan bahkan melebihi ikatan terhadap keluarga sendiri. Maka jangan heran jika seseorang yang sedang beranjak dewasa ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya.
            Berbicara mengenai narkoba, mereka yang terlibat baik itu pengguna maupun pengedar pada umumnya disebabkan oleh pergaulan. Awalnya coba-coba dan akhirnya sulit untuk melepaskan dari jeratan meninggalkan teman seperjuangan bukan perkara yang mudah karena dianggap melanggar etika solidaritas pertemanan. Belum lagi ancaman-ancaman yang mungkin diterima dari pihak lain ketika seseorang itu ingin hidup bersih.
Sejak SMA jeff sudah hidup terpisah dari orangtua dan itu memang keinginannya sendiri. Tiga tahun  Jeff tinggal bersama kakek dan nenek di sebuah desa yang tenang di daerah Jawa Timur. Di masa SMA prestasi Jeff cukup baik. Pada akhir kelulusan NEM Jeff termasuk paling tinggi nomor 2. Maklum saja, hidup di desa membuat Jeff lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Tidak banyak hiburan lain selain menonton tv atau melihat pertunjukan wayang saja. Memang besar motivasi Jeff untuk bisa mendapatkan nilai yang baik agar bisa nantinya melanjutkan pendidikan tinggi di universitas negeri. Lulus SMA sebenarnya Jeff masih meninggalkan kekecewaan terhadap sekolah yang tidak menyertakan Jeff pada jalur khusus perguruan tinggi negeri. Jeff tidak tahu kenapa alasannya, padahal beberapa orang yang selalu ada di bawah Jeff mendapat. Tapi Jeff berpikir mungkin bukan jalannya.
Selepas SMA Jeff mencoba merantau di kota pelajar dengan mulai ikut bimbingan belajar. Jeff coba mendaftar UMPTN mengambil jurusan yang sejak dulu diminati yaitu Hubungan Internasional dan Komunikasi. Ternyata Jeff gagal total! Sungguh kekecewaan yang luar biasa rasanya. Walaupun begitu akhirnya Jeff bisa masuk ke jurusan bahasa di sebuah perguruan tinggi swasta yang juga baik dan terkenal.
Hidup di kota besar dengan beragam masyarakat dan budaya menjadi sebuah pengalaman baru bagi Jeff. Di kota ini Jeff benar-benar memulai hidup mandiri yang jauh dari keluarga maupun sanak saudara. Jeff benar-benar menjadi orang muda yang betul-betul merdeka dan bebas. Jeff menjadi orang udik yang datang ke kota, dan tanpa disadari Jeff sudah mengalami shock culture.
Jeff tidak tahu dan tidak bisa menilai mana teman yang baik dan mana yang buruk. Perkenaan Jeff dengan pil koplo  mulai ketika ia bergaul dengan teman yang mempunyai kedekatan dengan barang haram tersebut. Dengan uang saku yang cukup pas-pasan, awalnya Jeff hanya ingin berbisnis karena melihat keuntungannya cukup menggiurkan. Memang pada awal-awal 90-an yang namanya obat-obatan resep dokter itu cukup marak dan jadi trend tersendiri di kalangan anak muda.
Tidak hanya berhenti sampai menjadi pengedar. Saat Jeff mengalami masalah, Jeff tidak cukup mampu menghadapi masalah tersebut dengan baik dan kepala dingin. Dia merasa sedih karena semua permasalahan tampak berat dan Jeff tidak cukup mampu untuk mengatasinya. Awal mula Jeff mengkonsumsi narkoba ini saat cinta Jeff ditolak oleh seorang gadis. Tidak bisa melepaskan rasa sakit hati dan kekecewaan yang dimilikinya, membuat Jeff mencoba barang haram tersebut. Lagi pula Jeff menilai bahwa teman-teman juga memakai, sehingga tidak masalah baginya memakai barang haram tersebut. Selain itu Jeff juga merasa sungkan jika tidak mencobanya. Ia merasa ia tidak setia kawan jika temannya memakai sedangkan dia tidak.
Memakai pil koplo juga dilakukan untuk menambah keberanian. Masa itu kita kadang harus berhadapan dengan kelompok lain sehingga dibutuhkan dorongan keberanian. Memakai pil koplo juga karena ingin rileks dan alasan-alasan lain. Memakai pil koplo kadang disertai miras agar cepat reaksinya. Namun untuk pil-pil tertentu akan lebih bagus jika hanya didorong dengan teh manis saja.
Ada banyak jenis yang termasuk pil koplo saat itu yang mereka pakai dan perjualbelikan. Antara lain : Rohypnol, BK, Magadon, lexotan, Dumolid, Revotril dll. Istilah-istilahnya juga macam-macam sebagai bahasa sandi seperti “baret merah”, “R”, atau “kombi”. “ Baret Merah” bukan karena warna merah tapi pembungkusnya berwarna merah. Orang bisa membeli dalam istilah “papan”, “tik”, ataupun “box” untuk 1 kotaknya.
Efek yang ditimbulkan oleh pil-pil ini cukup beragam. Kebanyakan lebih pada penenang atau fly. Pil yang menjadi favorit Jeff adalah revotril. Setelah minum pil ini sepertinya ada energi ekstra dan menghilangkan rasa takut dan malu. Tidak takut jika berkelahi atau tidak takut jika bawa kendaraan. Obat ini agak bahaya juga bagi yang temperamen karena memicu emosi diluar kendali. Setelah lelah dan mulai mengantuk maka kita akan tertidur pulas. Tidur tidak hanya dalam hitungan jam. Namun bisa tidur beberapa hari. Makanya Jeff dulu kadang suka lupa hari. Setelah bangun sudah tidak ingat lagi apa yang pernah terjadi sebelumnya. Maka kadang setelah bangun baru tahu ada bekas luka atau biru-biru di badan karena habis berkelahi atau jatuh dari motor. Bagi yang tidak terbiasa ada pil yang efeknya membuat jantung bekerja ekstra kencang. Pernah suatu ketika teman Jeff terjatuh setelah beberapa saat mengkonsumsi “kombi”. Jatuh dan tidak bergerak karena jantungnya seolah berhenti. Jeff dan teman-temannya sudah ketakutan karena mengira dia sudah meninggal. Namun akhirnya bernafas tapi jantungnya berdegub kencang katanya. Setelah itu akhirnya ia pun ‘melayang’ dalam dunia barunya.
Hidup bersama pil-pil setan itu tidak lepas dari kekerasan. Berkelahi dengan pembeli barang yang merasa tertipu karena ternyata pil itu palsu. Kadang Jeff dan temannya memanfaatkan pemakai awam yang belum paham betul mana barang asli mana yang palsu. Memakai pil membuat diri jadi berani apalagi jika berkelompok. Kadang mereka melakukan kejahatan-kejahatan kecil seperti memeras orang yang lagi pacaran atau membongkar toko-toko kecil dipinggir jalan.
Kehidupan seperti itu membuat kuliah Jeff mulai berantakan. Jarang masuk kuliah karena kebanyakan siang dihabiskan untuk tidur karena malam begadang. Nilai ujian dan semester langsung jeblok padahal baru awal-awal kuliah. Kabar tidak sedap ini akhirnya terdengar oleh orangtua Jeff di kota lain. Mereka pun menasehatinya agar belajar dengan sebaik-baiknya.
Bagaimana Jeff bisa kembali ke jalan yang benar? Orang bilang bahwa “Cinta bisa merubah segalanya”. Akhirnya Jeff bisa pelan-pelan meninggalkan kehidupan negatif karena cinta. Jeff dekat dan jatuh hati dengan seorang gadis. Gadis itu tahu bahwa Jeff adalah seorang pemakai dan ia tetap mau menerimanya. Dengan perhatiannya ia mendorong Jeff untuk meninggalkan kebiasan lama. Cinta, perhatian dan ketekunannya membuat Jeff luluh. Jeff pun dihadapkan pada pilihan bahwa harus berubah untuk orang yang dicintai dan juga masa depan.
Yang sulit adalah ketika harus meninggalkan sahabat baiknya. Kita sebut saja Ken, orang yang sudah susah senang bersama. Melalui hari dan malam bersama, menghadapi bahaya-bahaya bersama. Jeff merasa seperti menjadi seorang pengkhianat. Beban ini dirasakan bertahun-tahun. Kadang Ken datang dalam mimpi dan itu menjadi sebuah mimpi buruk yang membuat Jeff terbangun dari tidur.
Selain karena perhatian dan cinta, Jeff coba mengaktifkan diri dalam komunitas baru. Sebuah unit kegiatan mahasiswa yang menjadi bagian dari Palang Merah Indonesia dan kegiatan sosial lain. Proses perekrutan dan pelatihan yang cukup keras membuat Jeff melupakan hal-hal negatif. Selain itu Jeff coba mengikuti banyak seminar dan mengunjungi event atau eksebisisi-eksebisi untuk memanfaatkan waktu luang.
Beberapa waktu kemudian akhirnya Jeff bisa masuk juga ke jurusan komunikasi di perguruan tinggi negeri. Kuliah di 2 tempat membuatnya cukup sibuk dalam membagi waktu. Karena itu pula pikiran-pikiran ke arah negatif menjadi terabaikan. Karena ada hubungannya dengan mata kuliah, Jeff juga menekuni hobi fotografi.Ternyata hobi yang posistif juga membawa Jeff ke hal-hal yang positif pula.
Meninggalkan pil koplo sebenarnya cukup mudah. Asalkan ada niat yang kuat dari dasar hati. Kesulitannya adalah ketika dihadapkan pada keharusan meninggalkan teman. Sungguh berat sekali rasanya. Jeff melihat ada banyak teman dan orang-orang yang juga mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap obat-obatan.
Tetapi bagaimanapun pengaruh buruk dari pil koplo juga harus Jeff terima walaupun bukan menjadi pemakai lagi. Efek buruknya adalah menjadi agak pelupaan. Ingatan menjadi tidak setajam dahulu. Makanya nilai kuliah menjadi rata-rata saja. Padahal sejak SD sampai SMA Jeff selalu berprestasi.
Jeff cukup beruntung bisa cepat-cepat berhenti. Beberapa temannya merasakan efek yang buruk seperti gagap dalam berbicara. Ada pula yang harus mengalami kerusakan hati/liver karena dulu mengkonsumsi obat-obatan dipadu dengan minuman alkohol.
Bebas dari obat-obatan menjadi sebuah anugerah tersendiri. Cinta dan juga kasih sayang orangtua dan keluarga adalah pembebas. Itulah masa lalu yang tidak perlu disesali. Itu salah satu pengalaman yang bisa kita ambil sisi positifnya. Akhirnya Jeff jadi punya gambaran utuh bagaimana kehidupan dan liku-liku tentang pil koplo yang tentu berguna bagi masa depan anaknya nantinya.
Pil yang bisa membuat orang menjadi koplo pada saat memakainya dan jadi rada koplo walaupun tidak lagi mengkonsumsinya. Menjadi koplo alias bodoh karena merusak otak dan organ tubuh yang lain. Bagi anak-anak muda yang ingin mencoba lebih baik jangan. Tidak ada manfaatnya walaupun hanya sebagai pelarian. Beruntung bahwa Jeff tidak pernah tertangkap polisi. Jika sempat tertangkap oleh pihak berwajib pasti akan merusak masa depannya. Bagi mereka yang saat ini menjadi pengguna lebih baik akhiri. Sayangi diri dan juga keluarga daripada sesal baru datang ketika semua sudah terlambat.
Carilah kegiatan yang positif dan bermanfaat. Hidup ini cuma sekali, janganlah kita sia-siakan hanya karena mencari kenikmatan sesaat. Jika memang ingin berubah pasti bisa. Dekatkan diri pada Tuhan dan mintalah untuk disembuhkan, dan pasti akan diberi jalan terbaik.


Dikutip dari edukasi.kompasiana.com



Kisah Taubat Ust. Jefry Al-Buchori

 

            Ustadz Jefri Al Buchori Muda atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Uje, lahir di Jakarta tanggal 12 April 1973. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di daerah Pangeran Jayakarta, Jakarta, di lingkungan yang dekat dengan bar dan diskotik. Dia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Dia besar di keluarga yang taat dengan agama. Uje lahir dari pasangan H. Ismail Modal (Alm) dan Hj. Tatu Mulyana. Ayahanda Uje berasal dari Ambon, sedangkan ibunda berasal dari Banten.
 Ibunda Uje merupakan sosok yang sabar dan lembut, juga selalu menjadi teman bagi keempat anaknya. Sedangkan ayah adalah sosok yang keras dan disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Kelima anaknya sudah terbiasa dengan didikan sang ayah yang penuh disiplin, terutama dalam hal agama. Ayah mendidik secara ketat dan tidak segan-segan memberikan hukuman secara fisik maupun verbal kepada anak-anaknya yang sampai melupakan sholat dan mengaji.
Uje kecil adalah sosok yang sudah pintar membaca Al-Quran. Saat kelas 5 SD, Uje pernah meraih MTQ hingga tingkat provinsi. Kemampuan intelegensinya dapat dikatakan baik. Ini membuat Uje mampu mengikuti percepatan kelas dari kelas tiga naik menjadi kelas lima di SD Negeri 7 Karang Anyar. Uje tidak pernah merasakan kelas 4 SD, sehingga Uje sekelas dengan kakaknya yang kedua yang duduk di kelas 5, yaitu Ustadz H. Aswan Faisal.
Bukan hanya pendidikan tentang agama yang menarik minat Uje, namun juga pada mata pelajaran kesenian. Uje sangat menyukai apabila diminta untuk tampil di depan orang banyak dan mendapatkan perhatian dari mereka. Akan tetapi Uje muda harus selalu menurut terhadap keputusan ayahnya yang ingin anak-anaknya mendalami pelajaran agama. Bersama dengan kedua kakaknya, Uje menimba ilmu di pesantren modern Daar el Qolam, Gintung, Balaraja, Tangerang.
Karena terlalu diatur oleh sang ayah, menjadikan Uje muda menjadi ABG yang begitu taat peraturan. Jiwa  pemberontaknya tinggi dan sering membuat orang tuanya merasa kesal. Kenakalan-kenakalan kecil yang dilakukannya cukup banyak hingga Uje memperoleh predikat sebagai siswa yang paling nakal di pesantrennya. Salah satu kenakalan Uje adalah ia memilih untuk tidur di saat teman-temannya sedang khusyuk menunaikan ibadah sholat. Uje juga sering meninggalkan pelajarannya di pesantren untuk menonton film di bioskop. Ulah Uje lainnya adalah dia lebih suka untuk memboloh dan main. Sebagai hukumannya, Uje sering sekali mendapatkan hukuman fisik dan verbal, serta berlangganan untuk dibotaki kepalanya. Hal tersebut tidak serta merta membuat Uje jera, tetapi membuatnya tambah menjadi-jadi.
Meskipun nakal, Uje tetap tidak melupakan Tuhannya. Uje tetap suka dan rajin membaca ayat-ayat al-qur’an dengan suara yang indah dan mengalun merdu. Begitu juga dengan kegiatan kesenian di sekolah. Ia sangat menaruh minat yang tinggi pada seni. Pernah suatu waktu, Uje dan kakaknya membuat drama yang diperlombakan dan drama mereka berjudul Kembali ke Jalan Allah. Drama tersebut mendapatkan penghargaan sebagai drama terbaik.
Meskipun nakal, Uje muda memiliki beberapa prestasi lain, seperti mendapatkan juara pertama pada lomba azan, MTQ, dan qasidah. Semakin besar, kenakalan Uje semakin memuncak. Puncaknya adalah ketika Uje memutuskan untuk keluar dari pesantren. Sang ayah yang kecewa dengannya masih cukup memiliki harapan kepada anaknya. Ayah pun kemudian memasukkan Uje ke sekolah Madrasah Aliyah (Setingkat SMA). Uje pun semakin tumbuh menjadi anak yang keras kepala.
Menjalani pendidikan di MA merupakan salah satu masa tersulit dalam kehidupan Uje. Uje sering sekali mendapatkan godaan dari teman-temannya untuk menghabiskan waktu dikantin ketika jam pelajaran berlangsung. Teman-teman uje sering sekali mengajak Uje untuk membolos dan tidak mengikuti pelajaran. Uje pun merasa nyaman dengan teman-temannya. Akhirnya Uje pun mengikuti teman-temannya membolos dan tidak mengikuti pelajaran.
Saat itu pulalah Uje banyak terpengaruh oleh teman dan ternyata beberapa temannya ada yang sering datang ke klub malam. Disanalah awal mulai Uje mengenal dunia malam. Di dunia malam dan temannya tersebut Uje mengenal minuman keras dan narkoba. Berawal dari coba-coba karena konformitas dengan teman-temannya, Uje pun menjadi pengguna tetap miras dan narkoba. Ia merasakan betapa nikmatnya pergaulan malam dan mengkonsumsi barang haram tersebut. Tubuhnya merasa melayang-layang dan seakan-akan semua beban hidupnya hilang tak terasa. Konsumsi narkoba Uje pun semakin hari semakin meningkat. Biasanya Uje dan teman-temannya mencari tempat yang aman seperti di kamar mandi yang tersembunyi untuk menggunakan narkoba.
Di sekolah maupun di lingkungan rumahnya, Uje senang sekali bergaul dengan teman yang lebih tua dari usianya. Misalnya Uje berusia 15 tahun, teman-temannya banyak yang berusia 20 tahun. Begitu pula dengan pacarnya. Uje lebih tertarik dengan perempuan yang lebih tua dari usianya. Saat duduk di bangku MA, Uje banyak sekali membuat keonaran sehingga membuat para guru tidak mampu lagi mentolerir kenakalan-kenakalan Uje yang telah dianggap melewati batas. Uje pun dikeluarkan dari sekolah dan Uje mulai berpindah-pindah sekolah karena perilakunya yang bandel dan nakal. Ayah merasa sangat kecewa dan marah dengan perilaku anaknya ini.
Di usianya yang masih 16 tahun, Uje sudah mulai kenal dunia malam dan tidak memperdulikan nilai-nilai yang ditanamkan oleh ayah. Ayah meminta Uje untuk tidak pulang larut malam dan rajin beribadah, namun ia mulai berani untuk pulang pagi bahkan tidak pulang dan lupa akan ibadah lima waktunya. Hal ini juga berakibat pada akademis Uje. Uje masuk sekolah hanya pada ujian untuk mendapatkan kelulusan. Hal ini dikarenakan malam harinya Uje mendatangi diskotik, minum-minuman keras dan memakai narkotika. Salah satu jenisnya adalah ekstasi yang membuat dirinya betah untuk menari semalam suntuk di bioskop tersebut. Uje memiliki kemampuan menari yang baik dan ia juga senang sekali terhadap tarian. Hal ini membuat Uje menjadi penari yang menarik. Kemenarikkannya dalam menari membuat seorang penari klub tertarik pada dirinya. Penari tersebut akhirnya mengajak Uje untuk menari dari diskotik satu ke diskotik lainnya. Konsumsinya terhadap narkoba dan minuman keras semakin menjadi-jadi.
Ketertarikannya terhadap tarian membuat Uje berminat untuk mempelajari tarian modern. Saat ada lomba menari, Uje mencoba untuk ikut dan berhasil memenangkan diri sebagai juara. Kemenangannya tersebut tidak hanya sekali dua kali saja. Hingga pada suatu hari ia memboyong piala sebagai the best dancer. Keberhasilannya tersebut membuat Uje semakin menekuni tarian.
Uje berhasil mentamatkan SMA nya pada tahun 1990. Setelah tamat sekolah, Uje masih meneruskan profesinya sebagai seorang penari. Uje juga banyak berseteru dengan sang ayah, karena profesi Uje kali ini sangat berlainan dengan keinginan ayah. Selain sosok yang pintar, Uje juga merupakan sosok yang tampan. Ketampanannya adalah keunggulan lain yang dimiliki Uje. Tak mau melewatkan kesempatan, uje merambah dunia model, bahkan ikut beberapa fashion show di diskotik-diskotik.
Berminat untuk sukses di bidang entertainment Uje mulai serius untuk melanjutkan kuliah di Akademi Broadcasting, Rawamangun, Jakarta Timur. Saat itu Uje mendapatkan banyak tawaran, salah satunya sebagai aktor. Awal mula karirnya menjadi aktor adalah saat Uje sering berpindah-pindah saat berlatih menari dari Taman Ismail Marzuki ke Gedung Pemuda Senayan. Uje banyak melihat para pemain berlatih acting. Hal ini membuat Uje menjadi sangat tertarik untuk berlatih acting dan sesekali mencoba untuk diberikan kesempatan menggantikan salah satu pemainnya. Bukannya di puji, Uje malah ditertawakan. Uje merasa sangat sedih.
Makin ditertawakan membuat Uje semakin sedih. Meski demikian Uje juga bertekat kuat untuk mengasah kemampuannya dalam berakting dengan belajar secara diam-diam. Akhirnya berkat usaha keras Uje ini, Uje akhirnya mendapatkan peran untuk bermain di salah satu sinetron yaitu Pendekar Halilintar pada tahun 1990. Melihat anaknya berkarir di bidang aktor, membuat ayah Uje menentang usaha Uje mati-matian. Alasannya adalah ayah Uje mengetahui persis seperti apa lingkungan di dunia malam. Ternyata dulu ayah Uje juga pernah bermain di film action yang berjudul Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Ayah Uje juga hampir terjebak dengan dunia malam. Oleh karena itu, ayah Uje sangat melarang karena tidak ingin anaknya mengalami nasib sama sepertinya yaitu minum-minuman keras dan mengkonsumsi narkotika. Ayah Uje menginginkan anaknya hidup di jalan yang lurus dan mendekatkan diri kepada Tuhannya.
Tidak terima ditentang, selama beberapa waktu Uje tidak pulang ke rumah. Uje tidur berpindah-pindah ke rumah teman-temannya. Pada saat yang bersamaan, karir Uje di dunia hiburan pun melaju dengan pesat. Uje merasa bahwa dirinya telah menemukan dunia yang dicintainya, selain dunia agama. Pilihan Uje di dunia acting semakin mantap ketika dia dinobatkan sebagai pemeran Pria Terbaik Versi TVRI tahun 1991-an. Tawaran untuk bermain di sinetron-sinetron dan iklan pun semakin berdatangan. Uje mendapatkan peran di sinetron Sayap Patah, Sebening Kasih, Opera Tiga Jaman, dan Kerinduan.
Seiring dengan kemajuan karirnya, Uje juga semakin terlelap dalam dunia malamnya dan semakin menjadi-jadi dalam mengkonsumsi narkotika dan minuman keras. Salah satunya ia gunakan untuk penambah stamina dirinya dan menambahkan kepercayaan dirinya saat bermain. Hingga membuat dirinya menjadi adiksi terhadap narkotika. Dari 1 pil yang dikonsumsinya dalam sekali minum, semakin hari pil-pil tersebut semakin banyak. Ia mengkonsumsi pada saat pagi, sore, dan malam hari.
Saat mengkonsumsi narkotika tersebut Uje mengaku bahwa dirinya menjadi semakin teller dan merasa terbang. “untuk melihat arloji di tanganku saja, aku harus mendekatkan tanganku ke mataku sambil menggoyang-goyangkan kepalaku dan memelototkan mataku”, kata Uje. Geng uje pun dijuluki dengan YPS yang berarti Yayasan Pesta Selalu karena yang mereka lakukan adalah dugem di diskotik setiap malamnya.
Penyesalan memang datang terlambat. Seperti banyak pepatah yang diucapkan, namun hal tersebut juga terjadi pada diri Uje. Pada tahun 1992, ayah uje meninggal dunia karena sakit. Uje merasa sangat menyesal karena telah mengabaikan nasihat ayahnya. Menjelang kepergian ayahnya, Uje berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit samba menangis. Melihat hal tersebut, ayah mengatakan “laki-laki tidak boleh menangis. Laki-laki pantang keluarkan air mata.” Pada saat-saat terakhirnya, ayah Uje tetap menunjukkan rasa kasih sayangnya terhadap Uje. Saat itu uje mengalami penyesalan yang sangat mendalam terhadap ayahnya.
Setelah ayah Uje meninggal, Ibunda Uje merawat dan membesarkan Uje seorang diri dengan kakak-kakaknya dan adiknya. Akan tetapi penyesalannya tampak hanya selingan belaka. Setelah beberapa minggu kepergian ayah, Uje masih kembali ke dunia malamnya. Penyesalan mendalam yang dirasakannya tampak lenyap begitu saja saat Uje mulai bertemu dengan teman-teman yang memakai narkoba dan mengajaknya untuk mengkonsumsi narkoba kembali. Uje pun terhanyut untuk mengkonsumsi narkoba kembali. Uje juga merasa dirinya semakin sombong karena berprestasi dan memiliki banyak uang. Akibatnya, ia tidak mendengarkan nasehat yang diberikan oleh ibunya, karena merasa ibu tidak banyak memberikan penghidupan lagi pada Uje yang sudah besar. Saat itu pula membuat uje melupakan agamanya. Adiksinya terhadap narkotika membuatnya mengkonsumsi narkotika dari berbagai jenis mulai dari ganja, ekstasi, shabu-shabu, dan jenis lainnya setiap hari hingga pernah ia sampai mengalami over dosis hingga hampir tewas.
Ketergantungan terhadap narkoba membuat Uje menderita karena ketakutan. Uje menjadi gampang curiga terhadap siapa saja yang ada di sekitarnya. Berburuk sangka menjadi pemikirannya sehari-hari. Mulai saat itu, setiap harinya Uje hanya berdiam diri di kamar dengan selalu berpikir bahwa setiap orang yang akan datang kepadanya akan membunuhnya. Uje sibuk mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada orang yang datang untuk menghabisi nyawanya. Telinganya menjadi sangat sensitif dan dia sering merasa mendengar ada orang yang sedang berjalan di atap rumah. Uje merasa tersiksa setelah sangat adiksi dalam mengkonsumsi narkoba ini, hingga orang-orang mengatakan bahwa Uje sudah gila karena mengalami halusinasi.
Dunia sinetron mulai mencium kecanduan Uje terhadap narkoba. Akhirnya dia masuk daftar hitam dunia sinetron. Nama Uje sebagai aktor mulai dicoret. Tak ada lagi yang mau memakai jasanya sebagai seorang pemain sinetron. Selain itu, perempuan-perempuan yang dulu pernah dekat dengannya, satu-per satu mulai menjauh. Siapakah yang tetap berada di samping Uje saat semua kehidupannya telah kacau karena adiksi narkoba? Tak lain adalah sang ibu. Ibu tetap mencintai Uje dengan tulus meski seburuk apapun orang berkomentar tentang anaknya, ibu tetap mendoakan Uje dengan tulus agar Uje dapat kembali ke jalan Allah SWT.


Dikutip dari buku Uje Berdakwah dengan Hati
Nadia, Kanka. 2013. Rexa Pustaka: Jakarta.


*** BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA ***

Ust. Jefri bertemu Cahaya Ilahi

aku pernah bermimpi sangat aneh, berdiri di puncak satu tangga bersama anak kecil. Aku melihat dunia luluh lantak ….”Jefri Al-Buchori
               
Itulah salah satu mimpi buruk dari sekian mimpi buruk yang dialami oleh Uje saat dia masih mencandu narkoba. Dia bahkan juga pernah melihat jasadnya sendiri dalam kain kafan dan disiksa habis-habisan. Tubuhnya dibakar dengan api yang sangat panas. Uje menjadi takut untuk tidur, takut jika mimpi-mimpi buruknya datang kembali. Saat itu usianya 27 tahun.
            Uje juga menjadi takut akan kematian. Padahal dulu dia pernah menantang maut, meminta mari karena tak sanggup bertahan ketika dihadapkan oleh permasalahan khususnya permasalahan cinta. Rasa takut mati itulah yang akhirnya menyadarkan Uje bahwa dia tidak pernah ditinggalkan oleh sang Penciptanya. Uje mulai teringat kepada Allah SWT dan menyesali semua perbuatannya. Perlahan Uje membaik dan kesadarannya pun datang kembali.
Uje kemudian bersimpuh dihadapan ibundanya, meminta maaf atas semua dosa yang telah dilakukannya. Ibunda pun memaafkan segala kesalahan anaknya dengan tulus, bahkan mengajak Uje untuk umroh. Dalam kondisi yang masih labil dan rapuh, Uje, sang ibunda, dan kakak Uje berangkat ke Tanah Suci Mekkah. Di sana Uje mulai mengalami beberapa peristiwa yang membuatnya semakin sadar akan dosa-dosanya masa lalu.
Setelah Uje sholat di Madinah, ibunda Uje mengajak anaknya untuk ke Raudhoh. Uje lalu berjalan menuju makam Rasulullah SAW. Di sana dia bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, Uje merasa seperti ada kekuatan yang menariknya dengan kuat. Dia mencoba berjalan sekuat tenaga, tetapi kakinya tak cukup mampu untuk digerakan. Uje lalu kemudian bersandari di tembok. Air mata yang sangat jarang dikeluarkan olehnya, saat itu mengalir deras. Uje menyesali dosa-dosanya dan berjanji tak akan pernah mengulanginya lagi.
Menurut penuturan Uje, dia bagaikan melihat sebuah film yang sedang diputas di hadapannya. Semua dosa yang pernah dilakukannya terbayang dengan jelas, mulai dari dosa kecil sampai dosa besar. Tiba-tiba dari mulut Uje keluar permintaan maaf kepada Allah SWT. Di Mekkah, Uje merapatkan badan pada dinding kabah. Dia berjanji seandainya pulang dari Mekkah dirinya tak akan melakukan dosa lagi, dia meminta maaf kepada sang Khalik untuk memberikannya kesempatan hidup sekali lagi. Dia ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain. dia merasa sangat kecewa dan menyesal saat itu. Setelah peristiwa itu, Uje pun mulai menata hidupnya kembali untuk dapat hidup di jalan yang lurus.
Sepulangnya ke tanah air, Uje mencoba untuk bertahan dalam kondisi taubatnya dan janjinya yang diucapkan kepada Tuhannya, tetapi ternyata hal tersebut sangat sulit sekali. Sepulang umroh, Uje memang mencoba untuk hidup lurus. Tetapi lagi-lagi uje tergoda akan kenikmatan minuman keras dan narkoba. Hal ini juga tidak terlepas dari kembalinya Uje bergaul dengan teman-teman yang menyukai dunia malam untuk mabuk dan mengkonsumsi narkoba. Uje tidak cukup kuat iman untuk menolak permintaan temannya tersebut.
Suatu malam, Uje dan teman-temannya berencana menonton pertunjukkan music jazz di Ancol. Uje memperingatkan mereka untuk tidak membawa narkoba, karena Uje sempat juga mengajak teman-temannya untuk berhenti dan temannya tersebut setuju. Ternyata, salah satu temannya masih membawa ganja. Sialnya, hari itu mereka dirazia oleh polisi dan di tangkap di depan Ancol.
Pada saat itu teman-teman Uje yang lainnya berhasil kabur, namun Uje tidak. Uje tidak bisa kabur karena mobil yang dipakai adalah mobilnya. Akhirnya mereka bertiga dibawa ke kantor polisi dan di tahan. Uje dilepaskan karena tak terbukti membawa narkoba. Namun ketika Uje menjelaskan kepada ibunya melalui telepon, Ibu tidak mau percaya lagi terhadap Uje. Bahkan ibu Uje tidak mengakui kepada petugas kepolisian tersebut bahwa Uje adalah anaknya.
Uje merasa sangat sedih tak diakui oleh ibunya sendiri. Uje merasa pastilah hari ibu sangat sakit dan menduga bahwa anaknya kembali memilih jalan yang salah. Ibu Uje hilang kepercayaan terhadapnya dan di saat itulah puncak kemarahan ibu. Uje pun tidak tahu harus bagaimana lagi. Uje berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan ibu dengan berperilaku baik dan menghindari teman-temannya.
 Baginya teman-teman adalah orang yang bisa mendekatkan dirinya kepada kemaksiatan seperti miras dan narkoba. Akibatnya ia mulai meninggalkan temannya tersebut dan mencari teman-teman yang baik. ia mulai bergaul dengan teman-teman yang tidak mengkonsumsi narkoba dan artis-artis yang tidak mengkonsumsi narkoba. Ia cukup tahu kelemahannya bahwa Uje tidak cukup kuat ketika dipengaruhi oleh temannya, akibatnya ia memilih untuk menghindari teman-teman yang maksiat. Ustadz jefri pun mulai mengubah hidupnya menjadi seorang pendakwah dari satu tempat ke tempat lain, dan sejak saat itulah hidupnya berubah.
Berikut ini adalah beberapa kutipan atau isi dari dakwah Uje.

HIDAYAH
“Orang yang mendapat hidayah ibarat pohon yang punya akar kuatmenghujam ke tanah sehingga tidak tumbang meski ditiup angin kencang. Namun orang yang tidak mendapat hidayah bagaikan kereta anjlok yang tidak hanya membahayakan dirinya sendiri tetapi juga membahayakan orang lain yang ada di sekitar anjloknya kereta tersebut.

FOOD, FUN, FASHION
“Sepanjang hidupnya manusia dijajah oleh setan. Yang membebaskannya adalah mati husnul khotimah. Saat ini Indonesia dijajah oleh 3F yaitu food, fun, fashion. Food  adalah banyaknya makan makanan yang haram akan membuat perilaku kita buruk karena makanan menjadi darah dan darah keburukan akan mengalir dalam diri kita. Maka berhati-hatilah memilih makanan karena jika dijajah oleh makanan haram akan berdampak pada perilaku kita yang menjadi buruk. Fun adalah manusia pada dasarnya membutuhkan hiburan. Namun banyak hiburan yang tidak mendidik, yang mengajarkan minum-minuman keras, konsumsi narkoba, bahkan seks bebas, atau hal-hal yang melanggar norma sosial. Maka, berhati-hatilah dalam memilih hiburan yang akan kamu lakukan. Fashion adalah aurat. Aurat adalah hidayah. Jangan membantah perintah Allah. Taatilah perintah-Nya sebelum terlambat.

TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
a.     Golongan pertama adalah orang-orang yang beriman artinya percaya dan yakin (mantap keyakinannya yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·   Percaya kepada yang ghaib
·   Mendirikan sholat
·   Suka memberikan sebagian hartanya
·   Percaya apa yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya.
b.     Golongan kedua adalah orang-orang yang celaka dan ingkar kepada Allah. Ciri-cirinya adalah mereka yang hatinya dikunci oleh Allah.
c.     Golongan ketiga adalah orang-orang yang munafik. Orang ini adalah yang paling berbahaya karena mereka biasanya berpakaian sama seperti orang beriman namun hatinya palsu. 

DELAPAN PENYAKIT BATIN
a.     Banyak angan-angan atau terlalu banyak keinginan tapi tidak punya kemampuan, sehingga akan menimbulkan sakit hati jika tidak bisa dipenuhi, ujungnya iri hati pada yang mampu.
b.     Banyak sedih dan gundah. Orang yang beriman harus tau bahwa ujian yang diberikan adalah untuk naik kelas.
c.     Merasa lemah, lesu, dan putus asa yang bisa membuat setan leluasa menggoda untuk melakukan bunuh diri.
d.     Pemalas. Orang malas tidak akan menuai apa-apa. Tidak akan mendapat perhatian orang lain.
e.     Penakut, pengecut. Orang penakut akan banyak melahirkan bayang-bayang yang membuat paranoid, ke manapun dia pergi tidak akan merasa aman.
f.     Pelit. Orang yang tidak mau membantu orang lain dengan hartanya.
g.     Banyak hutang.
h.     Orang yang memiliki perasaan dijajah dan tidak dihargai.

Dikutip dari buku Uje Berdakwah dengan Hati
Nadia, Kanka. 2013. Rexa Pustaka: Jakarta.

No comments:

Post a Comment