Cerita ini saya posting dari referensi yang saya gunakan untuk
memberikan biblioterapi kepada narapidana di Rutan Kelas 1 Surabaya.
Semoga bermanfaat bagi teman-teman pembaca semuanya.
KATA
PENGANTAR
Bacaan
ini dibuat sebagai pegangan saat terapis akan melakukan biblioterapi.
Sebuah
terapi yang digunakan dengan menggunakan bahan bacaan sebagai bentuk untuk
merefleksikan diri klien terhadap tokoh yang ada di dalam bacaan tersebut.
diharapkan bacaan-bacaan yang dikembangkan dalam buku ini dapat memberikan
insight sehingga pembaca berkeinginan memiliki kehidupan yang lebih baik.
diakui bahwa penulisan bacaan ini tidaklah sempurna, akan tetapi bacaan ini
benar-benar diambil dari kehidupan nyata teman kita yang beruntung karena
mendapatkan pintu taubat dan hikmah dari Allah SWT. Semoga kita semua juga
tergolong hamba-Nya yang beruntung mendapatkan hidayah dan pintu taubat. Sekian
penulis sampaikan. Semoga buku ini bermanfaat. Amin.
Surabaya, April 2015
Rizky Dianita Segarahayu.
S,Psi.
Anton Medan : Mantan Rampok dan Bandar Judi Jadi Da'i
Anton Medan atau yang bernama asli
Tan Hok Liang. Ia lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada tanggal 1 Oktober
1957. Di usia 8 tahun Anton harus berhenti sekolah karena permintaan ibunya
untuk membantu berjualan kue keliling. Anton hanya selesai mengenyam bangku
Sekolah Rakyat (sekarang SD) selama 7 bulan dan belum bisa membaca dan menulis.
Saat berusia 12 tahun, Anton
(panggilan kecilnya Koh Liem) menjadi anak terminal di Tebing Tinggi. Ia
menjual jasa untuk mencarikan penumpang bagi sopir. Koh Liem dikenal sebagai
pekerja yang rajin. Banyak sopir bus terminal yang senang dan kerap
memanggilnya Cintong (Cina Tongkol).
Meskipun demikian, tak semua sopir menghargai
kerja kerasnya. Hingga suatu ketika ada seorang sopir yang tidak memberikannya
upah. Anton pun protes karena Anton harus pulang dengan membawa uang untuk
menghidupai ibu dan adiknya. Akan tetapi sopir tersebut malah marah kepadanya.
Tak tahan dengan hal tersebut, maka terjadilah perang mulut. Akibat tersulut
emosi, Anton pun mengambil sebuah balok kayu dan menghantamkan balok kayu
tersebut ke kepala sopir terminal tersebut sekuat tenaganya. Sopir polisi itu
pun tersungkur berceceran darah dengan kondisi luka di kepala. Melihat hal
tersebut Anton pun melarikan diri, namun masyarakat mengejarnya dan polisi
berhasil menangkapnya. Anton pun sempat menjadi tahanan kepolisian, namun
karena usianya yang masih belia, ia pun dibebaskan bersyarat.
Pada tahun 1970, Anton merantau ke terminal Amplas
Medan. Usianya baru menginjak 13 tahun. Di Medan ia bekerja sebagai pencuci
bus, seperti halnya di terminal Tebing Tinggi, ia dikenal sebagai pekerja yang
rajin. Dalam satu hari ia bisa membersihkan 3-5 badan bus yang kotor dan
berdebu. Seolah tak putus dirundung masalah, di terminal Amplas ini pun uangnya
dicuri. Menyadari hal tersebut Anton pun menyelidikinya. Setelah menemukan
siapa pencurinya ia pun menegur pencuri tersebut dengan berani. Akan tetapi
pencuri tersebut malah marah kepada dirinya dan memukul dirinya. Tak terima
dengan perbuatan pencuri tersebut, Anton pun membalasnya.
Orang-orang yang melihatnya berkelahi kemudian
melerainya. Pencuri tersebut kembali menuduh dirinya. Di saat merasa tersudut,
akhirnya Anton melihat sebilah kapak bergerigi yang biasa digunakan untuk
membilah es batu yang tergeletak tak jauh darinya. Secepatnya Anton mengambil
kapak itu dan menghujamkannya ke wajah lawannya. Seketika itu juga lawannya
roboh. Beberapa saat kemudian Anton ditangkap oleh polisi dan mendapatkan
hukuman penjara selama 4 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Tiang Listrik, Medan.
Di dalam LP, Anton belajar membaca dan menulis.
Kemungkinan memiliki intelegensi yang baik, dalam waktu satu minggu ia pun
sudah bisa membaca koran. Di dalam LP, Anton juga mencari Tuhan. Tidak yakin
dengan agama pertama yang dianutnya yaitu nasrani, akhirnya ia pun berkali-kali
pindah agama dan akhirnya ia memeluk islam untuk selamanya. Saat memeluk islam
ia menemukan kenyamanan batin yang tidak ditemukan pada agama lain. Meskipun di
dalam LP Anton banyak belajar tentang agama islam, akan tetapi tampaknya Anton belum benar-benar
bertaubat.
Setelah 4 tahun menjalani hukuman di penjara, pada
usia 17 tahun Anton pun bebas. Kebebasannya tersebut membuat dirinya merasa
gembira dan segera ingin pulang melepas rindu kepada keluarga. Tapi sayang,
sesampainya di rumah ibu hanya memberikan waktu 2 jam untuk melepas rindu. Ibu
merasa malu kepada tetangga dan meminta agar Anton tidak kembali lagi. Anton
merasa sedih karena dirinya ditolak oleh sang ibunda. Niatnya ingin merubah
diri di jalan yang baik, namun ibunda menolak kehadirannya untuk tinggal
bersama-sama lagi. Akhirnya dengan berat hati, Anton pun melangkah pergi.
Di tengah kegalauannya, Anton teringat pamannya
yang berada di Jakarta. Dengan modal nekat hanya membawa uang seribu rupiah akhirnya
Anton pun ke Jakarta dan meminta bantuan paman untuk mencari pekerjaan yang
layak. Akan tetapi, setibanya di Jakarta, harapan yang ia pupuk selama ini
hancur berantakan. Kurang lebih setelah 7 bulan luntang-luntung mencari rumah
paman, ternyata paman tidak mengakuinya sebagai keponakan. Begitu pula adiknya
juga tidak mengakui dirinya sebagai kakak karena merasa malu. Ia merasa sangat
kecewa untuk yang kedua kalinya.
Di tengah kekecewaannya yang mendalam, Anton
melakukan apapun untuk dapat bertahan hidup di Jakarta. Hingga akhirnya Anton
bertemu dengan kenalannya di simpang jalan yang bepenampilan perlente. Orang
tersebut ternyata baru saja menjambret. Merasa tidak memiliki teman dan
pekerjaan, setelah mendengar cerita orang tersebut, akhirnya Anton pun tergiur.
Akhirnya ia menjual celana kesayangannya demi sebuah pisau. Dengan pisau
tersebut ia mulai menjambret dan berhasil.
Mulai saat itu, kehidupan Anton pun berubah. Ia
sudah memilih kejahatan sebagai profesinya. Senjatanya tak sekedar pisau,
melainkan juga pistol. Ia terkenal sebagai penjahat kelas kakap dan paling di
cari di Jakarta dengan nama Anton Medan. Perjalanan Anton Medan tak sekedar
menjadi penjahat professional. Anton pun merambah usaha lainnya yaitu menjual
obat-obatan terlarang. Merasa jenuh dengan usaha tersebut, Anton pun mulai
merambahi dunia perjudian. Ia menjadi Bandar judi setelah meruntuhkan kekuasaan
Bandar judi besar bernama Hong Lie. Sebagai bandar judi, pendapatannya satu
malam mencapai puluhan juta. Ia menikmati gaya hidup mewah. Tetapi ironisnya
uang hasil judinya tersebut juga mudah habis. Akhirnya ia mengalami
kebangkrutan dan membuatnya merasa frustrasi. Ia kalah bahkan hingga milyaran
rupiah.
Dalam kebangkrutan itu, ia menemukan hikmah yang
sangat mendasar. Ia bertemu dengan bekas sopir pribadinya dulu. Sopir
pribadinya tersebut mengantarkan Anton Medan untuk ke Yayasan Haji Karim Oei
yaitu ke ustadz Yunus Yahya. Namun pertaubatannya ditolak karena dia adalah
bekas narapidana dan penjahat kejam dan dianggap bahwa dirinya tidak akan bisa
berubah.
Setelah itu Anton medan mengikuti pengajian yang
diadakan oleh KH. Zainudin MZ pada tahun 1992 saat Nuzulul Qur’an. Setelah
pengajian tersebut, Anton Medan pun menemuinya dan belajar banyak tentang
Islam. Zainudin MZ pula yang membimbing Anton untuk melakukan pertaubatan dan
mengucapkan kalimat syahadat setelah ia mengalami penolakan sebanyak 3 kali
saat akan memeluk agama islam dengan sungguh-sungguh. Anton Medan banyak
mendapatkan ilmu islam lagi dan ia pun merubah namanya menjadi Muhammad Ramdhan
Effendi. Setelah 3 hari mualaf, Anton medan pun melakukan umrah bareng bersama
KH. Zainudin MZ, Nur Iskandar, dan Habib Idrus Zamalul Lail. Sejak saat itulah ia
mendalami islam secara sungguh-sungguh. Ia banyak di undang untuk memberikan
pencerahan kepada para narapidana sehingga di kemudian hari dikenal sebagai
da’i. Ia melakukan dakwah sejak tahun 1994 dari penjara ke penjara.
Kehidupannya dipenuhi dengan ketenangan baru. Ia pun banyak berdakwah di
ratusan lembaga pemasyarakatan.
Salah satu penuturannya adalah “tak seorang pun
bisa mengetahui nasib yang akan terjadi kelak kecuali menjadi lebih baik, agar
kelak bisa menyongsong masa depan yang lebih baik. Intinya memacu diri dengan
belajar dan mau berbuat serta doa dengan ikhlas. Selain itu dia juga mengatakan
bahwa “Masih ada harapan itu, asal kita mau berusaha. Ingat Tuhan tidak pernah
menutup pintu bagi hamba-Nya yang mau berbuat dan memperbaiki diri. Tuhan selalu
memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang bartaubat.”
Anton Medan juga mengajak para napi untuk menjauhi
judi, sebab judi merupakan salah satu penyakit masyarakat yang membuat ekonomi
keluarga menjadi hancur. Karena judi orang menjadi nekad untuk merampok,
membunuh dan menjadikan keluarga berantakan. Baginya tidak ada orang kayak
arena judi dan tidak ada bandar judi yang tidak rugi. Begitu pula dengan
narkoba yang dapat sangat merusak masa depan generasi penerus bangsa. Maka
bertaubatlah selagi belum terlambat.
Dikutip dari Anonim. 2010. Anton Medan:
Mantan Rampok dan Bandar Judi yang Jadi Da’i. Diakses di (http://tipsbloggerpemula.blogsop.com/2010/12/anton-medan-mantan-rampok-dan-bandar.html.)
Pengakuan Jeff : Terlepas Dari Jerat Narkoba
Kisah ini nyata yang
disampaikan kepada redaksi kompasiana.com. sebut saja nama orang tersebut Jeff.
Yaa… Masa muda boleh dikatakan sebagai masa saat seseorang akan mencoba hal-hal
baru. Ada semacam tantangan dan dorongan untuk menaklukkan sesuatu. Hal baru
tersebut bisa dalam arti yang positif maupun yang negatif. Semua itu tidak
lepas dari komunitas dan lingkungan tempat kita melakukan sosialisasi.
Solidaritas pertemanan bagi anak
muda boleh dibilang sebagai sesuatu yang utama. Bisa diterima dalam sebuah
kelompok merupakan bagian dari jati diri. Solidaritas pertemanan bahkan
melebihi ikatan terhadap keluarga sendiri. Maka jangan heran jika seseorang
yang sedang beranjak dewasa ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan
teman-temannya.
Berbicara mengenai narkoba, mereka
yang terlibat baik itu pengguna maupun pengedar pada umumnya disebabkan oleh
pergaulan. Awalnya coba-coba dan akhirnya sulit untuk melepaskan dari jeratan
meninggalkan teman seperjuangan bukan perkara yang mudah karena dianggap
melanggar etika solidaritas pertemanan. Belum lagi ancaman-ancaman yang mungkin
diterima dari pihak lain ketika seseorang itu ingin hidup bersih.
Sejak SMA jeff sudah hidup
terpisah dari orangtua dan itu memang keinginannya sendiri. Tiga tahun Jeff tinggal bersama kakek dan nenek di
sebuah desa yang tenang di daerah Jawa Timur. Di masa SMA prestasi
Jeff cukup baik. Pada akhir kelulusan NEM Jeff termasuk paling tinggi nomor 2.
Maklum saja, hidup di desa membuat Jeff lebih banyak menghabiskan waktu untuk
belajar. Tidak banyak hiburan lain selain menonton tv atau melihat pertunjukan
wayang saja. Memang besar motivasi Jeff untuk bisa mendapatkan nilai yang baik
agar bisa nantinya melanjutkan pendidikan tinggi di universitas negeri. Lulus
SMA sebenarnya Jeff masih meninggalkan kekecewaan terhadap sekolah yang tidak
menyertakan Jeff pada jalur khusus perguruan tinggi negeri. Jeff tidak tahu
kenapa alasannya, padahal beberapa orang yang selalu ada di bawah Jeff
mendapat. Tapi Jeff berpikir mungkin bukan jalannya.
Selepas SMA Jeff mencoba merantau di
kota pelajar dengan mulai ikut bimbingan belajar. Jeff coba mendaftar UMPTN
mengambil jurusan yang sejak dulu diminati yaitu Hubungan Internasional dan
Komunikasi. Ternyata Jeff gagal total! Sungguh kekecewaan yang luar biasa
rasanya. Walaupun begitu akhirnya Jeff bisa masuk ke jurusan bahasa di sebuah
perguruan tinggi swasta yang juga baik dan terkenal.
Hidup di kota besar dengan beragam
masyarakat dan budaya menjadi sebuah pengalaman baru bagi Jeff. Di kota ini
Jeff benar-benar memulai hidup mandiri yang jauh dari keluarga maupun sanak
saudara. Jeff benar-benar menjadi orang muda yang betul-betul merdeka dan
bebas. Jeff menjadi orang udik yang datang ke kota, dan tanpa disadari Jeff
sudah mengalami shock culture.
Jeff tidak tahu dan tidak bisa menilai
mana teman yang baik dan mana yang buruk. Perkenaan Jeff dengan pil koplo mulai
ketika ia bergaul dengan teman yang mempunyai kedekatan dengan barang haram
tersebut. Dengan uang saku yang cukup pas-pasan, awalnya Jeff hanya ingin
berbisnis karena melihat keuntungannya cukup menggiurkan. Memang pada
awal-awal 90-an yang namanya obat-obatan resep dokter itu cukup marak dan jadi
trend tersendiri di kalangan anak muda.
Tidak hanya berhenti sampai menjadi
pengedar. Saat Jeff mengalami masalah, Jeff tidak cukup mampu menghadapi
masalah tersebut dengan baik dan kepala dingin. Dia merasa sedih karena semua
permasalahan tampak berat dan Jeff tidak cukup mampu untuk mengatasinya. Awal
mula Jeff mengkonsumsi narkoba ini saat cinta Jeff ditolak oleh seorang gadis. Tidak
bisa melepaskan rasa sakit hati dan kekecewaan yang dimilikinya, membuat Jeff
mencoba barang haram tersebut. Lagi pula Jeff menilai bahwa teman-teman juga
memakai, sehingga tidak masalah baginya memakai barang haram tersebut. Selain
itu Jeff juga merasa sungkan jika tidak mencobanya. Ia merasa ia tidak setia
kawan jika temannya memakai sedangkan dia tidak.
Memakai pil koplo juga dilakukan untuk
menambah keberanian. Masa itu kita kadang harus berhadapan dengan kelompok lain
sehingga dibutuhkan dorongan keberanian. Memakai pil koplo juga karena ingin
rileks dan alasan-alasan lain. Memakai pil koplo kadang disertai miras agar
cepat reaksinya. Namun untuk pil-pil tertentu akan lebih bagus jika hanya
didorong dengan teh manis saja.
Ada banyak jenis yang termasuk pil koplo
saat itu yang mereka pakai dan perjualbelikan. Antara lain : Rohypnol, BK,
Magadon, lexotan, Dumolid, Revotril dll. Istilah-istilahnya juga macam-macam
sebagai bahasa sandi seperti “baret merah”, “R”, atau “kombi”. “ Baret Merah”
bukan karena warna merah tapi pembungkusnya berwarna merah. Orang bisa membeli
dalam istilah “papan”, “tik”, ataupun “box” untuk 1 kotaknya.
Efek yang ditimbulkan
oleh pil-pil ini cukup beragam. Kebanyakan lebih pada penenang atau fly. Pil
yang menjadi favorit Jeff adalah revotril. Setelah minum pil ini sepertinya ada
energi ekstra dan menghilangkan rasa takut dan malu. Tidak takut jika berkelahi
atau tidak takut jika bawa kendaraan. Obat ini agak bahaya juga bagi yang
temperamen karena memicu emosi diluar kendali. Setelah lelah dan mulai
mengantuk maka kita akan tertidur pulas. Tidur tidak hanya dalam hitungan jam.
Namun bisa tidur beberapa hari. Makanya Jeff dulu kadang suka lupa hari.
Setelah bangun sudah tidak ingat lagi apa yang pernah terjadi sebelumnya. Maka
kadang setelah bangun baru tahu ada bekas luka atau biru-biru di badan karena
habis berkelahi atau jatuh dari motor. Bagi yang tidak terbiasa ada pil yang
efeknya membuat jantung bekerja ekstra kencang. Pernah suatu ketika teman Jeff
terjatuh setelah beberapa saat mengkonsumsi “kombi”. Jatuh dan tidak bergerak
karena jantungnya seolah berhenti. Jeff dan teman-temannya sudah ketakutan
karena mengira dia sudah meninggal. Namun akhirnya bernafas tapi jantungnya
berdegub kencang katanya. Setelah itu akhirnya ia pun ‘melayang’ dalam dunia
barunya.
Hidup bersama pil-pil setan itu tidak
lepas dari kekerasan. Berkelahi dengan pembeli barang yang merasa tertipu
karena ternyata pil itu palsu. Kadang Jeff dan temannya memanfaatkan pemakai
awam yang belum paham betul mana barang asli mana yang palsu. Memakai pil
membuat diri jadi berani apalagi jika berkelompok. Kadang mereka melakukan
kejahatan-kejahatan kecil seperti memeras orang yang lagi pacaran atau
membongkar toko-toko kecil dipinggir jalan.
Kehidupan seperti itu
membuat kuliah Jeff mulai berantakan. Jarang masuk kuliah karena kebanyakan
siang dihabiskan untuk tidur karena malam begadang. Nilai ujian dan semester
langsung jeblok padahal baru awal-awal kuliah. Kabar tidak sedap ini akhirnya
terdengar oleh orangtua Jeff di kota lain. Mereka pun menasehatinya agar
belajar dengan sebaik-baiknya.
Bagaimana Jeff bisa kembali ke jalan
yang benar? Orang bilang bahwa “Cinta bisa merubah segalanya”. Akhirnya Jeff
bisa pelan-pelan meninggalkan kehidupan negatif karena cinta. Jeff dekat dan
jatuh hati dengan seorang gadis. Gadis itu tahu bahwa Jeff adalah seorang
pemakai dan ia tetap mau menerimanya. Dengan perhatiannya ia mendorong Jeff
untuk meninggalkan kebiasan lama. Cinta, perhatian dan ketekunannya membuat
Jeff luluh. Jeff pun dihadapkan pada pilihan bahwa harus berubah untuk orang
yang dicintai dan juga masa depan.
Yang sulit adalah ketika harus
meninggalkan sahabat baiknya. Kita sebut saja Ken, orang yang sudah susah
senang bersama. Melalui hari dan malam bersama, menghadapi bahaya-bahaya
bersama. Jeff merasa seperti menjadi seorang pengkhianat. Beban ini dirasakan
bertahun-tahun. Kadang Ken datang dalam mimpi dan itu menjadi sebuah mimpi
buruk yang membuat Jeff terbangun dari tidur.
Selain karena perhatian dan cinta, Jeff
coba mengaktifkan diri dalam komunitas baru. Sebuah unit kegiatan mahasiswa
yang menjadi bagian dari Palang Merah Indonesia dan kegiatan sosial lain.
Proses perekrutan dan pelatihan yang cukup keras membuat Jeff melupakan hal-hal
negatif. Selain itu Jeff coba mengikuti banyak seminar dan mengunjungi event
atau eksebisisi-eksebisi untuk memanfaatkan waktu luang.
Beberapa waktu kemudian akhirnya Jeff
bisa masuk juga ke jurusan komunikasi di perguruan tinggi negeri. Kuliah di 2
tempat membuatnya cukup sibuk dalam membagi waktu. Karena itu pula
pikiran-pikiran ke arah negatif menjadi terabaikan. Karena ada hubungannya
dengan mata kuliah, Jeff juga menekuni hobi fotografi.Ternyata hobi yang
posistif juga membawa Jeff ke hal-hal yang positif pula.
Meninggalkan pil koplo sebenarnya cukup
mudah. Asalkan ada niat yang kuat dari dasar hati. Kesulitannya adalah ketika
dihadapkan pada keharusan meninggalkan teman. Sungguh berat sekali rasanya.
Jeff melihat ada banyak teman dan orang-orang yang juga mampu melepaskan diri
dari ketergantungan terhadap obat-obatan.
Tetapi bagaimanapun pengaruh buruk dari
pil koplo juga harus Jeff terima walaupun bukan menjadi pemakai lagi. Efek
buruknya adalah menjadi agak pelupaan. Ingatan menjadi tidak setajam dahulu.
Makanya nilai kuliah menjadi rata-rata saja. Padahal sejak SD sampai SMA Jeff
selalu berprestasi.
Jeff cukup beruntung bisa cepat-cepat
berhenti. Beberapa temannya merasakan efek yang buruk seperti gagap dalam
berbicara. Ada pula yang harus mengalami kerusakan hati/liver karena dulu mengkonsumsi
obat-obatan dipadu dengan minuman alkohol.
Bebas dari obat-obatan menjadi sebuah
anugerah tersendiri. Cinta dan juga kasih sayang orangtua dan keluarga adalah
pembebas. Itulah masa lalu yang tidak perlu disesali. Itu salah satu pengalaman
yang bisa kita ambil sisi positifnya. Akhirnya Jeff jadi punya gambaran utuh
bagaimana kehidupan dan liku-liku tentang pil koplo yang tentu berguna bagi
masa depan anaknya nantinya.
Pil yang bisa membuat orang menjadi
koplo pada saat memakainya dan jadi rada koplo walaupun tidak lagi
mengkonsumsinya. Menjadi koplo alias bodoh karena merusak otak dan organ tubuh
yang lain. Bagi anak-anak muda yang ingin mencoba lebih baik jangan. Tidak ada
manfaatnya walaupun hanya sebagai pelarian. Beruntung bahwa Jeff tidak pernah
tertangkap polisi. Jika sempat tertangkap oleh pihak berwajib pasti akan
merusak masa depannya. Bagi mereka yang saat ini menjadi pengguna lebih baik
akhiri. Sayangi diri dan juga keluarga daripada sesal baru datang ketika semua
sudah terlambat.
Carilah kegiatan yang positif dan
bermanfaat. Hidup ini cuma sekali, janganlah kita sia-siakan hanya karena
mencari kenikmatan sesaat. Jika memang ingin berubah pasti bisa. Dekatkan diri
pada Tuhan dan mintalah untuk disembuhkan, dan pasti akan diberi jalan terbaik.
Dikutip dari
edukasi.kompasiana.com
Kisah Taubat Ust. Jefry Al-Buchori
Ustadz Jefri Al Buchori Muda atau
yang biasa dipanggil dengan sebutan Uje, lahir di Jakarta tanggal 12 April
1973. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di daerah Pangeran Jayakarta,
Jakarta, di lingkungan yang dekat dengan bar dan diskotik. Dia adalah anak
ketiga dari lima bersaudara. Dia besar di keluarga yang taat dengan agama. Uje
lahir dari pasangan H. Ismail Modal (Alm) dan Hj. Tatu Mulyana. Ayahanda Uje
berasal dari Ambon, sedangkan ibunda berasal dari Banten.
Ibunda Uje
merupakan sosok yang sabar dan lembut, juga selalu menjadi teman bagi keempat
anaknya. Sedangkan ayah adalah sosok yang keras dan disiplin dalam mendidik
anak-anaknya. Kelima anaknya sudah terbiasa dengan didikan sang ayah yang penuh
disiplin, terutama dalam hal agama. Ayah mendidik secara ketat dan tidak
segan-segan memberikan hukuman secara fisik maupun verbal kepada anak-anaknya
yang sampai melupakan sholat dan mengaji.
Uje kecil adalah sosok yang sudah pintar membaca
Al-Quran. Saat kelas 5 SD, Uje pernah meraih MTQ hingga tingkat provinsi.
Kemampuan intelegensinya dapat dikatakan baik. Ini membuat Uje mampu mengikuti
percepatan kelas dari kelas tiga naik menjadi kelas lima di SD Negeri 7 Karang
Anyar. Uje tidak pernah merasakan kelas 4 SD, sehingga Uje sekelas dengan
kakaknya yang kedua yang duduk di kelas 5, yaitu Ustadz H. Aswan Faisal.
Bukan hanya pendidikan tentang agama yang menarik
minat Uje, namun juga pada mata pelajaran kesenian. Uje sangat menyukai apabila
diminta untuk tampil di depan orang banyak dan mendapatkan perhatian dari
mereka. Akan tetapi Uje muda harus selalu menurut terhadap keputusan ayahnya
yang ingin anak-anaknya mendalami pelajaran agama. Bersama dengan kedua
kakaknya, Uje menimba ilmu di pesantren modern Daar el Qolam, Gintung,
Balaraja, Tangerang.
Karena
terlalu diatur oleh sang ayah, menjadikan Uje muda menjadi ABG yang begitu taat
peraturan. Jiwa pemberontaknya tinggi
dan sering membuat orang tuanya merasa kesal. Kenakalan-kenakalan kecil yang
dilakukannya cukup banyak hingga Uje memperoleh predikat sebagai siswa yang
paling nakal di pesantrennya. Salah satu kenakalan Uje adalah ia memilih untuk
tidur di saat teman-temannya sedang khusyuk menunaikan ibadah sholat. Uje juga
sering meninggalkan pelajarannya di pesantren untuk menonton film di bioskop.
Ulah Uje lainnya adalah dia lebih suka untuk memboloh dan main. Sebagai
hukumannya, Uje sering sekali mendapatkan hukuman fisik dan verbal, serta
berlangganan untuk dibotaki kepalanya. Hal tersebut tidak serta merta membuat
Uje jera, tetapi membuatnya tambah menjadi-jadi.
Meskipun nakal, Uje tetap tidak melupakan
Tuhannya. Uje tetap suka dan rajin membaca ayat-ayat al-qur’an dengan suara
yang indah dan mengalun merdu. Begitu juga dengan kegiatan kesenian di sekolah.
Ia sangat menaruh minat yang tinggi pada seni. Pernah suatu waktu, Uje dan
kakaknya membuat drama yang diperlombakan dan drama mereka berjudul Kembali ke Jalan Allah. Drama tersebut mendapatkan
penghargaan sebagai drama terbaik.
Meskipun nakal, Uje muda memiliki beberapa
prestasi lain, seperti mendapatkan juara pertama pada lomba azan, MTQ, dan
qasidah. Semakin besar, kenakalan Uje semakin memuncak. Puncaknya adalah ketika
Uje memutuskan untuk keluar dari pesantren. Sang ayah yang kecewa dengannya
masih cukup memiliki harapan kepada anaknya. Ayah pun kemudian memasukkan Uje
ke sekolah Madrasah Aliyah (Setingkat SMA). Uje pun semakin tumbuh menjadi anak
yang keras kepala.
Menjalani pendidikan di MA merupakan salah satu
masa tersulit dalam kehidupan Uje. Uje sering sekali mendapatkan godaan dari
teman-temannya untuk menghabiskan waktu dikantin ketika jam pelajaran
berlangsung. Teman-teman uje sering sekali mengajak Uje untuk membolos dan
tidak mengikuti pelajaran. Uje pun merasa nyaman dengan teman-temannya.
Akhirnya Uje pun mengikuti teman-temannya membolos dan tidak mengikuti
pelajaran.
Saat itu pulalah Uje banyak terpengaruh oleh teman
dan ternyata beberapa temannya ada yang sering datang ke klub malam. Disanalah
awal mulai Uje mengenal dunia malam. Di dunia malam dan temannya tersebut Uje
mengenal minuman keras dan narkoba. Berawal dari coba-coba karena konformitas
dengan teman-temannya, Uje pun menjadi pengguna tetap miras dan narkoba. Ia
merasakan betapa nikmatnya pergaulan malam dan mengkonsumsi barang haram
tersebut. Tubuhnya merasa melayang-layang dan seakan-akan semua beban hidupnya
hilang tak terasa. Konsumsi narkoba Uje pun semakin hari semakin meningkat.
Biasanya Uje dan teman-temannya mencari tempat yang aman seperti di kamar mandi
yang tersembunyi untuk menggunakan narkoba.
Di sekolah maupun di lingkungan rumahnya, Uje
senang sekali bergaul dengan teman yang lebih tua dari usianya. Misalnya Uje
berusia 15 tahun, teman-temannya banyak yang berusia 20 tahun. Begitu pula
dengan pacarnya. Uje lebih tertarik dengan perempuan yang lebih tua dari
usianya. Saat duduk di bangku MA, Uje banyak sekali membuat keonaran sehingga
membuat para guru tidak mampu lagi mentolerir kenakalan-kenakalan Uje yang
telah dianggap melewati batas. Uje pun dikeluarkan dari sekolah dan Uje mulai
berpindah-pindah sekolah karena perilakunya yang bandel dan nakal. Ayah merasa
sangat kecewa dan marah dengan perilaku anaknya ini.
Di usianya yang masih 16 tahun, Uje sudah mulai
kenal dunia malam dan tidak memperdulikan nilai-nilai yang ditanamkan oleh
ayah. Ayah meminta Uje untuk tidak pulang larut malam dan rajin beribadah,
namun ia mulai berani untuk pulang pagi bahkan tidak pulang dan lupa akan
ibadah lima waktunya. Hal ini juga berakibat pada akademis Uje. Uje masuk
sekolah hanya pada ujian untuk mendapatkan kelulusan. Hal ini dikarenakan malam
harinya Uje mendatangi diskotik, minum-minuman keras dan memakai narkotika.
Salah satu jenisnya adalah ekstasi yang membuat dirinya betah untuk menari
semalam suntuk di bioskop tersebut. Uje memiliki kemampuan menari yang baik dan
ia juga senang sekali terhadap tarian. Hal ini membuat Uje menjadi penari yang
menarik. Kemenarikkannya dalam menari membuat seorang penari klub tertarik pada
dirinya. Penari tersebut akhirnya mengajak Uje untuk menari dari diskotik satu
ke diskotik lainnya. Konsumsinya terhadap narkoba dan minuman keras semakin
menjadi-jadi.
Ketertarikannya terhadap tarian membuat Uje
berminat untuk mempelajari tarian modern. Saat ada lomba menari, Uje mencoba
untuk ikut dan berhasil memenangkan diri sebagai juara. Kemenangannya tersebut
tidak hanya sekali dua kali saja. Hingga pada suatu hari ia memboyong piala
sebagai the best dancer.
Keberhasilannya tersebut membuat Uje semakin menekuni tarian.
Uje berhasil mentamatkan SMA nya pada tahun 1990.
Setelah tamat sekolah, Uje masih meneruskan profesinya sebagai seorang penari.
Uje juga banyak berseteru dengan sang ayah, karena profesi Uje kali ini sangat
berlainan dengan keinginan ayah. Selain sosok yang pintar, Uje juga merupakan
sosok yang tampan. Ketampanannya adalah keunggulan lain yang dimiliki Uje. Tak
mau melewatkan kesempatan, uje merambah dunia model, bahkan ikut beberapa fashion show di diskotik-diskotik.
Berminat untuk sukses di bidang entertainment Uje mulai serius untuk
melanjutkan kuliah di Akademi Broadcasting, Rawamangun, Jakarta Timur. Saat itu
Uje mendapatkan banyak tawaran, salah satunya sebagai aktor. Awal mula karirnya
menjadi aktor adalah saat Uje sering berpindah-pindah saat berlatih menari dari
Taman Ismail Marzuki ke Gedung Pemuda Senayan. Uje banyak melihat para pemain
berlatih acting. Hal ini membuat Uje menjadi sangat tertarik untuk berlatih acting
dan sesekali mencoba untuk diberikan kesempatan menggantikan salah satu
pemainnya. Bukannya di puji, Uje malah ditertawakan. Uje merasa sangat sedih.
Makin ditertawakan membuat Uje semakin sedih.
Meski demikian Uje juga bertekat kuat untuk mengasah kemampuannya dalam
berakting dengan belajar secara diam-diam. Akhirnya berkat usaha keras Uje ini,
Uje akhirnya mendapatkan peran untuk bermain di salah satu sinetron yaitu Pendekar Halilintar pada tahun 1990.
Melihat anaknya berkarir di bidang aktor, membuat ayah Uje menentang usaha Uje
mati-matian. Alasannya adalah ayah Uje mengetahui persis seperti apa lingkungan
di dunia malam. Ternyata dulu ayah Uje juga pernah bermain di film action yang berjudul Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Ayah Uje juga hampir terjebak dengan dunia malam.
Oleh karena itu, ayah Uje sangat melarang karena tidak ingin anaknya mengalami
nasib sama sepertinya yaitu minum-minuman keras dan mengkonsumsi narkotika.
Ayah Uje menginginkan anaknya hidup di jalan yang lurus dan mendekatkan diri
kepada Tuhannya.
Tidak terima ditentang, selama beberapa waktu Uje
tidak pulang ke rumah. Uje tidur berpindah-pindah ke rumah teman-temannya. Pada
saat yang bersamaan, karir Uje di dunia hiburan pun melaju dengan pesat. Uje
merasa bahwa dirinya telah menemukan dunia yang dicintainya, selain dunia
agama. Pilihan Uje di dunia acting semakin mantap ketika dia dinobatkan sebagai
pemeran Pria Terbaik Versi TVRI tahun 1991-an. Tawaran untuk bermain di
sinetron-sinetron dan iklan pun semakin berdatangan. Uje mendapatkan peran di
sinetron Sayap Patah, Sebening Kasih,
Opera Tiga Jaman, dan Kerinduan.
Seiring dengan kemajuan karirnya, Uje juga semakin
terlelap dalam dunia malamnya dan semakin menjadi-jadi dalam mengkonsumsi
narkotika dan minuman keras. Salah satunya ia gunakan untuk penambah stamina
dirinya dan menambahkan kepercayaan dirinya saat bermain. Hingga membuat
dirinya menjadi adiksi terhadap narkotika. Dari 1 pil yang dikonsumsinya dalam
sekali minum, semakin hari pil-pil tersebut semakin banyak. Ia mengkonsumsi
pada saat pagi, sore, dan malam hari.
Saat mengkonsumsi narkotika tersebut Uje mengaku
bahwa dirinya menjadi semakin teller dan merasa terbang. “untuk melihat arloji
di tanganku saja, aku harus mendekatkan tanganku ke mataku sambil
menggoyang-goyangkan kepalaku dan memelototkan mataku”, kata Uje. Geng uje pun
dijuluki dengan YPS yang berarti Yayasan Pesta Selalu karena yang mereka
lakukan adalah dugem di diskotik setiap malamnya.
Penyesalan memang datang terlambat. Seperti banyak
pepatah yang diucapkan, namun hal tersebut juga terjadi pada diri Uje. Pada
tahun 1992, ayah uje meninggal dunia karena sakit. Uje merasa sangat menyesal
karena telah mengabaikan nasihat ayahnya. Menjelang kepergian ayahnya, Uje
berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit samba menangis. Melihat hal
tersebut, ayah mengatakan “laki-laki tidak boleh menangis. Laki-laki pantang
keluarkan air mata.” Pada saat-saat terakhirnya, ayah Uje tetap menunjukkan
rasa kasih sayangnya terhadap Uje. Saat itu uje mengalami penyesalan yang
sangat mendalam terhadap ayahnya.
Setelah ayah Uje meninggal, Ibunda Uje merawat dan
membesarkan Uje seorang diri dengan kakak-kakaknya dan adiknya. Akan tetapi
penyesalannya tampak hanya selingan belaka. Setelah beberapa minggu kepergian
ayah, Uje masih kembali ke dunia malamnya. Penyesalan mendalam yang
dirasakannya tampak lenyap begitu saja saat Uje mulai bertemu dengan
teman-teman yang memakai narkoba dan mengajaknya untuk mengkonsumsi narkoba
kembali. Uje pun terhanyut untuk mengkonsumsi narkoba kembali. Uje juga merasa
dirinya semakin sombong karena berprestasi dan memiliki banyak uang. Akibatnya,
ia tidak mendengarkan nasehat yang diberikan oleh ibunya, karena merasa ibu
tidak banyak memberikan penghidupan lagi pada Uje yang sudah besar. Saat itu
pula membuat uje melupakan agamanya. Adiksinya terhadap narkotika membuatnya
mengkonsumsi narkotika dari berbagai jenis mulai dari ganja, ekstasi,
shabu-shabu, dan jenis lainnya setiap hari hingga pernah ia sampai mengalami
over dosis hingga hampir tewas.
Ketergantungan terhadap narkoba membuat Uje
menderita karena ketakutan. Uje menjadi gampang curiga terhadap siapa saja yang
ada di sekitarnya. Berburuk sangka menjadi pemikirannya sehari-hari. Mulai saat
itu, setiap harinya Uje hanya berdiam diri di kamar dengan selalu berpikir
bahwa setiap orang yang akan datang kepadanya akan membunuhnya. Uje sibuk
mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada orang yang datang untuk menghabisi
nyawanya. Telinganya menjadi sangat sensitif dan dia sering merasa mendengar ada
orang yang sedang berjalan di atap rumah. Uje merasa tersiksa setelah sangat
adiksi dalam mengkonsumsi narkoba ini, hingga orang-orang mengatakan bahwa Uje
sudah gila karena mengalami halusinasi.
Dunia sinetron mulai mencium kecanduan Uje
terhadap narkoba. Akhirnya dia masuk daftar hitam dunia sinetron. Nama Uje
sebagai aktor mulai dicoret. Tak ada lagi yang mau memakai jasanya sebagai
seorang pemain sinetron. Selain itu, perempuan-perempuan yang dulu pernah dekat
dengannya, satu-per satu mulai menjauh. Siapakah yang tetap berada di samping
Uje saat semua kehidupannya telah kacau karena adiksi narkoba? Tak lain adalah
sang ibu. Ibu tetap mencintai Uje dengan tulus meski seburuk apapun orang
berkomentar tentang anaknya, ibu tetap mendoakan Uje dengan tulus agar Uje
dapat kembali ke jalan Allah SWT.
Dikutip dari buku Uje Berdakwah
dengan Hati
Nadia, Kanka. 2013. Rexa Pustaka: Jakarta.
*** BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA ***
Ust. Jefri bertemu Cahaya Ilahi
“aku pernah bermimpi sangat aneh, berdiri di
puncak satu tangga bersama anak kecil. Aku melihat dunia luluh lantak ….” – Jefri Al-Buchori
Itulah
salah satu mimpi buruk dari sekian mimpi buruk yang dialami oleh Uje saat dia
masih mencandu narkoba. Dia bahkan juga pernah melihat jasadnya sendiri dalam
kain kafan dan disiksa habis-habisan. Tubuhnya dibakar dengan api yang sangat
panas. Uje menjadi takut untuk tidur, takut jika mimpi-mimpi buruknya datang
kembali. Saat itu usianya 27 tahun.
Uje juga menjadi takut akan
kematian. Padahal dulu dia pernah menantang maut, meminta mari karena tak
sanggup bertahan ketika dihadapkan oleh permasalahan khususnya permasalahan
cinta. Rasa takut mati itulah yang akhirnya menyadarkan Uje bahwa dia tidak
pernah ditinggalkan oleh sang Penciptanya. Uje mulai teringat kepada Allah SWT
dan menyesali semua perbuatannya. Perlahan Uje membaik dan kesadarannya pun
datang kembali.
Uje kemudian bersimpuh dihadapan ibundanya,
meminta maaf atas semua dosa yang telah dilakukannya. Ibunda pun memaafkan
segala kesalahan anaknya dengan tulus, bahkan mengajak Uje untuk umroh. Dalam
kondisi yang masih labil dan rapuh, Uje, sang ibunda, dan kakak Uje berangkat
ke Tanah Suci Mekkah. Di sana Uje mulai mengalami beberapa peristiwa yang
membuatnya semakin sadar akan dosa-dosanya masa lalu.
Setelah Uje sholat di Madinah, ibunda Uje mengajak
anaknya untuk ke Raudhoh. Uje lalu berjalan menuju makam Rasulullah SAW. Di
sana dia bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, Uje merasa seperti ada
kekuatan yang menariknya dengan kuat. Dia mencoba berjalan sekuat tenaga, tetapi
kakinya tak cukup mampu untuk digerakan. Uje lalu kemudian bersandari di
tembok. Air mata yang sangat jarang dikeluarkan olehnya, saat itu mengalir
deras. Uje menyesali dosa-dosanya dan berjanji tak akan pernah mengulanginya
lagi.
Menurut penuturan Uje, dia bagaikan melihat sebuah
film yang sedang diputas di hadapannya. Semua dosa yang pernah dilakukannya
terbayang dengan jelas, mulai dari dosa kecil sampai dosa besar. Tiba-tiba dari
mulut Uje keluar permintaan maaf kepada Allah SWT. Di Mekkah, Uje merapatkan
badan pada dinding kabah. Dia berjanji seandainya pulang dari Mekkah dirinya
tak akan melakukan dosa lagi, dia meminta maaf kepada sang Khalik untuk
memberikannya kesempatan hidup sekali lagi. Dia ingin hidupnya bermanfaat bagi
orang lain. dia merasa sangat kecewa dan menyesal saat itu. Setelah peristiwa
itu, Uje pun mulai menata hidupnya kembali untuk dapat hidup di jalan yang
lurus.
Sepulangnya ke tanah air, Uje mencoba untuk
bertahan dalam kondisi taubatnya dan janjinya yang diucapkan kepada Tuhannya,
tetapi ternyata hal tersebut sangat sulit sekali. Sepulang umroh, Uje memang
mencoba untuk hidup lurus. Tetapi lagi-lagi uje tergoda akan kenikmatan minuman
keras dan narkoba. Hal ini juga tidak terlepas dari kembalinya Uje bergaul
dengan teman-teman yang menyukai dunia malam untuk mabuk dan mengkonsumsi
narkoba. Uje tidak cukup kuat iman untuk menolak permintaan temannya tersebut.
Suatu malam, Uje dan teman-temannya berencana
menonton pertunjukkan music jazz di Ancol. Uje memperingatkan mereka untuk
tidak membawa narkoba, karena Uje sempat juga mengajak teman-temannya untuk
berhenti dan temannya tersebut setuju. Ternyata, salah satu temannya masih
membawa ganja. Sialnya, hari itu mereka dirazia oleh polisi dan di tangkap di
depan Ancol.
Pada saat itu teman-teman Uje yang lainnya
berhasil kabur, namun Uje tidak. Uje tidak bisa kabur karena mobil yang dipakai
adalah mobilnya. Akhirnya mereka bertiga dibawa ke kantor polisi dan di tahan.
Uje dilepaskan karena tak terbukti membawa narkoba. Namun ketika Uje
menjelaskan kepada ibunya melalui telepon, Ibu tidak mau percaya lagi terhadap
Uje. Bahkan ibu Uje tidak mengakui kepada petugas kepolisian tersebut bahwa Uje
adalah anaknya.
Uje merasa sangat sedih tak diakui oleh ibunya
sendiri. Uje merasa pastilah hari ibu sangat sakit dan menduga bahwa anaknya
kembali memilih jalan yang salah. Ibu Uje hilang kepercayaan terhadapnya dan di
saat itulah puncak kemarahan ibu. Uje pun tidak tahu harus bagaimana lagi. Uje
berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan ibu dengan berperilaku baik dan
menghindari teman-temannya.
Baginya
teman-teman adalah orang yang bisa mendekatkan dirinya kepada kemaksiatan
seperti miras dan narkoba. Akibatnya ia mulai meninggalkan temannya tersebut
dan mencari teman-teman yang baik. ia mulai bergaul dengan teman-teman yang
tidak mengkonsumsi narkoba dan artis-artis yang tidak mengkonsumsi narkoba. Ia
cukup tahu kelemahannya bahwa Uje tidak cukup kuat ketika dipengaruhi oleh
temannya, akibatnya ia memilih untuk menghindari teman-teman yang maksiat.
Ustadz jefri pun mulai mengubah hidupnya menjadi seorang pendakwah dari satu
tempat ke tempat lain, dan sejak saat itulah hidupnya berubah.
Berikut ini adalah beberapa kutipan atau isi dari
dakwah Uje.
HIDAYAH
“Orang
yang mendapat hidayah ibarat pohon yang punya akar kuatmenghujam ke tanah
sehingga tidak tumbang meski ditiup angin kencang. Namun orang yang tidak
mendapat hidayah bagaikan kereta anjlok yang tidak hanya membahayakan dirinya
sendiri tetapi juga membahayakan orang lain yang ada di sekitar anjloknya
kereta tersebut.
FOOD, FUN, FASHION
“Sepanjang
hidupnya manusia dijajah oleh setan. Yang membebaskannya adalah mati husnul
khotimah. Saat ini Indonesia dijajah oleh 3F yaitu food, fun, fashion. Food adalah
banyaknya makan makanan yang haram akan membuat perilaku kita buruk karena
makanan menjadi darah dan darah keburukan akan mengalir dalam diri kita. Maka
berhati-hatilah memilih makanan karena jika dijajah oleh makanan haram akan
berdampak pada perilaku kita yang menjadi buruk. Fun adalah manusia pada dasarnya membutuhkan hiburan. Namun banyak
hiburan yang tidak mendidik, yang mengajarkan minum-minuman keras, konsumsi
narkoba, bahkan seks bebas, atau hal-hal yang melanggar norma sosial. Maka,
berhati-hatilah dalam memilih hiburan yang akan kamu lakukan. Fashion adalah aurat. Aurat adalah
hidayah. Jangan membantah perintah Allah. Taatilah perintah-Nya sebelum
terlambat.
TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM
AL-QUR’AN
a. Golongan
pertama adalah orang-orang yang beriman artinya percaya dan yakin (mantap
keyakinannya yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
· Percaya
kepada yang ghaib
· Mendirikan
sholat
· Suka
memberikan sebagian hartanya
· Percaya
apa yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya.
b. Golongan
kedua adalah orang-orang yang celaka dan ingkar kepada Allah. Ciri-cirinya
adalah mereka yang hatinya dikunci oleh Allah.
c. Golongan
ketiga adalah orang-orang yang munafik. Orang ini adalah yang paling berbahaya
karena mereka biasanya berpakaian sama seperti orang beriman namun hatinya
palsu.
DELAPAN PENYAKIT BATIN
a. Banyak
angan-angan atau terlalu banyak keinginan tapi tidak punya kemampuan, sehingga
akan menimbulkan sakit hati jika tidak bisa dipenuhi, ujungnya iri hati pada
yang mampu.
b. Banyak
sedih dan gundah. Orang yang beriman harus tau bahwa ujian yang diberikan
adalah untuk naik kelas.
c. Merasa
lemah, lesu, dan putus asa yang bisa membuat setan leluasa menggoda untuk
melakukan bunuh diri.
d. Pemalas.
Orang malas tidak akan menuai apa-apa. Tidak akan mendapat perhatian orang
lain.
e. Penakut,
pengecut. Orang penakut akan banyak melahirkan bayang-bayang yang membuat
paranoid, ke manapun dia pergi tidak akan merasa aman.
f. Pelit.
Orang yang tidak mau membantu orang lain dengan hartanya.
g. Banyak
hutang.
h. Orang yang
memiliki perasaan dijajah dan tidak dihargai.
Dikutip dari buku Uje Berdakwah
dengan Hati
Nadia, Kanka. 2013. Rexa
Pustaka: Jakarta.