Trichotillomania
secara umum didefinisikan sebagai gangguan kronis yang ditandai dengan kegiatan
mencabut rambut secara berulang, biasanya pada bagian kepala, alis, bulu mata,
ketiak, dan rambut pubik yang menghasilkan kebotakan pada area tertentu (dalam
Miltenberger, Rapp, and Long., 2006). Kebotakan dihasilkan oleh kegiatan
mencabut rambut, dimana individu kemungkinan mengalami pengalaman distress atau
stigmatisasi dan kemungkinan menghindari situasi sosial. Trichotillomania
(dalam Franklin and Tolin, 2010) adalah gangguan impuls control kronis yang
dikarakteristikkan dengan mencabut rambut orang itu sendiri, yang mengakibatkan
kebotakan atau kehilangan rambut yang terlihat. Sejak pertama kali
dideskripsikan oleh Hallopeau pada akhir abad 19th, peneliti
tertarik untuk mengembangkan berbagai penelitian tentang
trichotillomania mulai
dari teori hingga intervensi medis dan perilaku. Berdasarkan literature
psikiatri saat ini, trichotillomania dikategorisasikan sebagai gangguan
impuls kontrol
yang tidak dispesifikasikan.
Di dalam DSM-IV, trichotillomania diklasifikasikan didalam
kategori umum Impuls Control Disorder Not
Elsewhere Classified (APA, 1994). Kategori umum ini terdiri dari beberapa
gangguan lain (e.q., gangguan intermittent
explosive, patologi gambling/berjudi, pyromania,
compulsive buying) yang dikarakteristikan oleh impulsif dan diasosiasikan
dengan adanya ketegangan untuk melakukan perilaku tersebut. Berikut ini adalah
tabel kriteria diagnostik untuk gangguan Pengendalian Impuls yang Tidak
Dispesifikasikan.
Tabel 1.
Kriteria Diagnostk untuk Impuls Control
Disorder Not Elsewhere Classified
Kriteria
Diagnostik
|
Kategori
ini adalah untuk gangguan pengendalian impuls yang tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan pengendalian impuls spesifik atau untuk gangguan mental lain
yang memiliki ciri-ciri bergupa pengendalian impuls yang dijelaskan di bagian lain manual (misalnya,
ketergantungan zat, parafilia).
|
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. Hak Cipta American Psychiatric Association, Washington,
D.C.,1994.
Sedangkan berdasarkan DSM-IV-TR, American Psychiatric Association 2000
(dalam Franklin and Tolin, 2010), diagnosis kriteria untuk trichotillomania
meliputi:
Tabel 2. Kriteria
Diagnostik untuk Trichotillomania
Kriteria
Diagnostik
|
A. Menarik
atau mencabut rambut secara berulang yang mengakibatkan kebotakan atau
kehilangan rambut yang tampak.
B. Meningkatnya
perasaan tegang dengan segera sebelum mencabut rambut atau ketika berusaha
untuk melawan perilaku tersebut.
C. Adanya
kenikmatan, kepuasan, atau perasaan lega ketika mencabut rambut.
D. Gangguan
tidak selalu dihitung dengan adanya gangguan mental lainnya dan tidak karena
adanya kondisi medis umum (e.g., kondisi dermatologi)
E. Gangguan
menyebabkan distress yang signifikan secara klinis dan penurunan pada fungsi
sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.
|
Onset
terjadinya trichotillomania menurut Christenson & Mansueto (1999)
disebabkan oleh beberapa peristiwa stressful dalam masa kehidupan (dalam
Miltenberger, et al.,2007) atau
perubahan menonjol dalam kondisi lingkungan seperti perubahan dalam
kondisi kehidupan keluarga, dan beberapa karena tekanan akademik. Peristiwa
yang menyebabkan stressful dalam masa kehidupan meliputi kematian anggota
keluarga. Bagaimanapun onset trichotillomania diasosiasikan dengan keadaan
sakit pada masa kecil, perubahan tempat tinggal, luka pada kulit kepala, dan
memasuki kuliah (dalam Miltenberger, et al.,2007). Change et al (1991) (dalam
Miltenberger, et al.,2007) mencatat bahwa banyak anak yang mengalami trichotillomania
karena menghadapi masalah akademik, konflik orang tua-anak, dan perubahan
lingkungan rumah.
Christenson
dan Mansueto (dalam Miltenberger, et al.,2007) melaporkan bahwa perilaku
mencabut rambut terjadi karena banyak afek negatif seperti kecemasan, marah,
atau depresi. Demikian juga, Christenson, Ristvedt, dan Mackenzie (dalam
Miltenberger, et al.,2007) menemukan bahwa individu dengan trichotillomania
mendeskripsikan dua peristiwa yang menyebabkan terjadinya perilaku mencabut
rambut, yaitu ketika mengalami afek negatif dan aktivitas yang
berlainan. Afek negatif tersebut meliputi perasaan sedih, cemas,
frustasi, dan ketegangan. Aktivitas berlainan meliputi mengerjakan PR,
membaca dan saat bersiap untuk tidur di kamar (dalam Miltenberger, et
al.,2007). Sedangkan untuk kemungkinan adanya faktor genetik atau biologis yang
mempengaruhi, Cohen et al (dalam Miltenberger, et al.,2007) menemukan bahwa 3%
pasien trichotillomania memberitakan bahwa ada anggota keluarga yang juga
memiliki gangguan tersebut. Pada beberapa analisis sejarah keluarga, penelitian
lain telah mengemukakan adanya pengaruh faktor biologis yang kemungkinan memberi
kontribusi untuk melakukan perilaku mencabut rambut secara repetitif (dalam
Miltenberger, et al.,2007).
Menurut
Chrinson, Pyle, dan Mitchell (dalam Miltenberger, et al.,2007) yang telah
melakukan survey terhadap 2524 mahasiswa perguruan tinggi, mereka menemukan
bahwa 0,6% antara mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki kriteria yang
ditemukan di kriteria DSM untuk trichotillomania pada beberapa point. Beberapa
peneliti lain juga menemukan bahwa kriteria dengan mengikuti adanya dorongan
untuk mencabut rambut dan mereduksi tegangan ditiadakan, maka pravelensi
meningkat 3,4% untuk perempuan dan 1,5% untuk laki-laki. Pada beberapa studi
lainnya, Rothbaum, Shaw, Morris, dan Ninan pada tahun 1993 (dalam Miltenberger,
et al.,2007) yang mensurvey 490 mahasiswa perguruan tinggi dan menemukan bahwa
10% dari mahasiswa tersebut mencabut rambut mereka secara rutin. Hanya 2% yang
mencabut rambut mereka dengan menyebabkan kebotakan dan hanya 2% yang
melaporkan terjadinya distress karena mencabut rambut. Long, Miltenberger, and
Rapp pada tahun 1998 (dalam Miltenberger, et al.,2007) melakukan survey pada
259 individu dengan ketidakmampuan dan menemukan bahwa 5% dari subjek tersebut
memiliki gangguan trichotillomania yang mengakibatkan kebotakan. Dimoski dan
Duricic pada tahun 1991 (dalam Miltenberger, et al.,2007) menemukan bahwa 3,1%
dari 457 anak dan remaja dengan gangguan mental
retarted memiliki trichotillomania. Jadi, secara umum terdapat variasi pada
tiap-tiap studi, tetapi bagaimanapun juga estimasi survey menyarankan bahwa
1,5% laki-laki dan 3,4% perempuan mendukung signifikan secara klinis
trichotillomania dengan 0,6% mendukung semua kriteria diagnostik
trichotillomania (dalam Diefenbach, Tolin, Hannan, et al.,2005). Sedangkan
pravelensi non klinis perilaku mencabut rambut mencakup hingga 15,3% (dalam
Diefenbach, Tolin, Hannan, et al.,2005).
Trichotillomania
(dalam Franklin and Tolin, 2010) adalah gangguan impuls kontrol kronis yang
dikarakteristikkan dengan mencabut rambut orang itu sendiri, yang mengakibatkan
kebotakan atau kehilangan rambut yang terlihat. Penelitian sebelumnya telah
meneliti bahwa trichotillomania memberikan dampak pada distress psikologis dan
rendahnya self-esteem (dalam
Diefenbach, Tolin, Hannan, et al.,2005). Mendukung hal tersebut, pasien dengan
trichotillomania biasanya melaporkan adanya emosi negative self-referencing, seperti perasaan bersalah dan malu sebagaimana
frustasi karena tidak dapat mengontrol perilaku mencabut rambut. Selain itu
trichotillomania juga memberikan dampak negatif terhadap fungsi sosial. Pasien
trichotillomania melaporkan bahwa perilakunya dapat menyebabkan individu
tersebut terisolasi secara sosial, dengan menjaga perilakunya secara
sembunyi-sembunyi meski dari teman dekat maupun keluarga. Data lain juga
menyebutkan bahwa hal ini memberikan dampak pada fungsi pekerjaan, seperti
kehilangan hari kerja atau menurunkan tujuan pekerjaan (dalam Diefenbach,
Tolin, Hannan, et al.,2005). Selain itu perilaku ini juga memberikan dampak
pada kesehatan fisik, seperti adanya kerusakan fisik terutama dalam kasus
trichophagia (perilaku memakan rambut) yang dapat merusak system pencernaan
(dalam Diefenbach, Tolin, Hannan, et al.,2005).
DAFTAR
PUSTAKA
American Psychiatric Association. (1994).
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (4th edition). Washington, D.C.: Author.
Diefenbach, Gretchen J., Tolin David F.,
Hannan, Scott., Crocetto, Johanna., and Worhunsky, Patrick. (2003).
Trichotillomania: impact on psychosocial functioning and quality of life. Journal of Behaviour Research and Therapy, 43 (2005), 869-884.
Franklin, Martin E and Tolin, David F. (2010).
Treating Trichotilomania: Cognitive
Behavioral Therapy for Hairpulling and Related Problems (Series in Anxiety and
Related Disorders). New York: Springer.
Miltenberger, Raymond G., et al. (2006).
Tic Disorder, Trichotillomania, and Other
Repetitive Behavior Disorder: Behavioral Approaches to Analysis and Treatment.
New York: Springer.
Duke, Danny C., Geffken, Gary R.,
Keeley, Mary L., and Storch, Eric A. (2010). Trichotillomania: A Current
Review. Journal of Clinical Psychology
Review, 30 (2010), 181-193.
__________________________________________________________________________________
NB: Oiya kebetulan temen-temen dalam beberapa waktu ke depan, InshaAllah saya akan melakukan penelitian tentang trichotillomania dimana saya mencoba memberikan intervensi kepada teman-teman yang "mungkin" mengalami trichotillomania. Buat teman-teman area Surabaya yukk.. mari bergabung.. tidak di pungut biaya kok, karena untuk syarat kelulusan dengan bimbingan ahli :) Buat yang ingin bergabung silahkan hubungi email rizky.dianitas@gmail.com atau add fb Rizky Dianita Segarahayu atau Dianita Segara yaa... atau yang ingin tanya-tanya juga boleh. ^_^
Senang sekali bisa saling membantu, senang juga berkenalan dengan kalian.
Salam,
Rizky Dianita Segarahayu
__________________________________________________________________________________
NB: Oiya kebetulan temen-temen dalam beberapa waktu ke depan, InshaAllah saya akan melakukan penelitian tentang trichotillomania dimana saya mencoba memberikan intervensi kepada teman-teman yang "mungkin" mengalami trichotillomania. Buat teman-teman area Surabaya yukk.. mari bergabung.. tidak di pungut biaya kok, karena untuk syarat kelulusan dengan bimbingan ahli :) Buat yang ingin bergabung silahkan hubungi email rizky.dianitas@gmail.com atau add fb Rizky Dianita Segarahayu atau Dianita Segara yaa... atau yang ingin tanya-tanya juga boleh. ^_^
Senang sekali bisa saling membantu, senang juga berkenalan dengan kalian.
Salam,
Rizky Dianita Segarahayu
No comments:
Post a Comment