Cinta... Apa sih cinta itu? tentu semua orang memiliki cinta, bukan? Karena seseorang yang memiliki gangguan psikopatik juga tentu memiliki cinta.
Pada kesempatan kali ini, mari kita bahas "CINTA" yang dipandang dari sudut psikologi.
FAKTOR PENYEBAB SESEORANG MENCINTAI
Fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi sosial terkait dengan hubungan interpersonal. Psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan sosial antara dua pribadi.
Para ahli psikologi, khususnya para ahli psikologi sosial, melakukan kajian tentang cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertarik orang lain dalam konteks upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi. Dalam hal ini seseorang mencintai orang lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang memiliki ketertarikan dengan orang lain. Pengetahuan psikologi sosial tentang kemenarikan interpersonal dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan interpersonal sehingga orang dapat membangun hubungan interpersonal secara lebih baik dan pada kesempatan berikutnya itu dapat meningkatkan kualitas hidup.
Dalam konteks ini, seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu adalah:
a. Kedekatan
Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu disekitar wilayah hidupnya. Dalam hal ini, orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama. Contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam kompleks perumahan yang sama, mereka bekerja pada tempat yang sama, mereka kuliah pada jurusan yang sama, dan mereka beraktivitas dalam organisasi yang sama.
b. Kemenarikan Fisik
Kemenarikan fisik dapat menjadi faktor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian menjalin suatu hubungan cinta. Hal ini terutama terjadi pada para pria. Banyak pria tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik, sedang wanita lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya. Ini terbukti dengan banyak fakta menunjukkan bahwa wanita cantik lebih mudah memperoleh teman kencan ketimbang pria yang berwajah tampan. Selain penjelasan itu, pemilihan pasangan berdasar ciri-ciri fisik juga terkait dengan prinsip keseimbangan (matching phenomena) di antara kedua belah pihak dan stereotip tentang penampilan menarik seseorang yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan konsep stereotip, seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam suatu periode waktu tertentu dan untuk mengelompok masyarakat tertentu, seperti stereotip wanita cantik pada periode 2000an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah perempuan yang berkulit putih, rambut sebahu, dan tubuh langsing. fenomena stereotip wanita cantik tahun 2000an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan publik dan media massa (televisi dan majalah).
c. Kesamaan dan Kebutuhan Saling Melengkapi (Komplementer)
Seseorang menyukai atau mencintai orang lain karena dapat terjadi karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain. Banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku, lebih memilih kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia.
d. Seseorang Mencintai Orang yang Mencintai Dirinya
Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya karena apabila seseorang dinilai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang dimana dirinya mendapat ganjaran (hadiah) karena memperoleh cinta itu. Ini sesuai dengan teori Abraham Maslow (dalam Myers, 2002) yang menyatakan bahwa manusia perlu atau ingin dicintai dan mencintai.
e. Keuntungan yang Diperoleh dari Suatu Hubungan
Berdasar pada teori pertukaran sosial (exchange theory) yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbal balik maka orang akan mencintai dan terus mencintai orang lain karena orang lain tersebut memberi banyak keuntungan yang signifikan kepada dirinya. Keuntungan itu dapat bersifat fisik, psikologis, material, dan spirituil.
TIGA ASPEK CINTA
Stenberg (Beck, 1992) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek yang tercakup dalam fenomena cinta, yaitu:
a. Keintiman : mengacu pada perasaan kedekatan atau perasaan keterhubungan dengan orang lain.
b. Kegairahan: sumber pembangkit yang mengacu pada keterbangkitan fungsi-fungsi emosi dan fungsi biologis yang kuat.
c. Komitmen : berhubungan dengan keputusan tentang keterikatan seseorang dengan orang lain dalam suatu hubungan.
JENIS HUBUNGAN CINTA
Apabila dilihat dari proses kejiwaan dan perilaku maka cinta dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu cinta bergairah (passionate love) dan cinta keakraban (companionate love).
a. Cinta bergairah
Ciri - ciri:
- dalam hubungan cinta sering emosi menjadi tidak terkendali
- hubungan yang sangat bersifat intens dan hot
- suasana psikologis kadang dalam keadaan bergejolak
NB: pelaku dalam cinta bergairah ini merasakan dalam dirinya kondisi psikologis yang disebut eforia atau kondisi kebahagiaan yang berlebihan sehingga mengurangi kontrol rasionalitas yang normal dalam dirinya. Terjadi proses bangkitnya dan terangsangnya fungsi-fungsi tubuh dan kejiwaan yang mengarah pada upaya-upaya pemenuhan cinta secara ketubuhan. keadaan ini kemudian terwujud dalam ketagihan untuk selalu bertemu dengan pasangannya karena kadar kontrol diri dan rasionalitas yang lemah dalam diri pelaku cinta ini sering muncul masalah-masalah interpersonal, seperti cemburu buta dan posesif.
b. Cinta Keakraban
Ciri-ciri:
- adanya kelekatan afeksi di antara kedua pelaku cinta
- terdapatnya nilai-nilai yang berkesesuaian di antara kedua pelaku cinta
- iklim hubungan yang hangat yang ditunjukkan dengan perilaku saling memahami antara kedua belah pihak
- hubungan cinta menyebabkan suasana hati yang nyaman antara kedua belah pihak pelaku cinta.
NB: Hubungan interpersonal dalam jenis cinta ini ditunjukkan melalui hubungan yang bersifat akrab dan berdasar pada rasionalitas berfikir. jenis cinta ini termasuk jenis cinta yang terdapat di dalamnya kematangan hubungan dan kematangan interpersonal di antara kedua belah pihak.
Demikianlah diatas beberapa pemaparan mengenai cinta dipandang dari perspektif psikologi. Semoga bisa menjadi cerminan tipe cinta manakah yang sedang Anda alami. :-) Semoga bermanfaat.
Daftar Rujukan
Hanurawan, Fattah. 2007. Pengantar Psikologi Sosial. Malang: UM Press.
Pada kesempatan kali ini, mari kita bahas "CINTA" yang dipandang dari sudut psikologi.
FAKTOR PENYEBAB SESEORANG MENCINTAI
Fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi sosial terkait dengan hubungan interpersonal. Psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan sosial antara dua pribadi.
Para ahli psikologi, khususnya para ahli psikologi sosial, melakukan kajian tentang cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertarik orang lain dalam konteks upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi. Dalam hal ini seseorang mencintai orang lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang memiliki ketertarikan dengan orang lain. Pengetahuan psikologi sosial tentang kemenarikan interpersonal dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan interpersonal sehingga orang dapat membangun hubungan interpersonal secara lebih baik dan pada kesempatan berikutnya itu dapat meningkatkan kualitas hidup.
Dalam konteks ini, seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu adalah:
a. Kedekatan
Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu disekitar wilayah hidupnya. Dalam hal ini, orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama. Contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam kompleks perumahan yang sama, mereka bekerja pada tempat yang sama, mereka kuliah pada jurusan yang sama, dan mereka beraktivitas dalam organisasi yang sama.
b. Kemenarikan Fisik
Kemenarikan fisik dapat menjadi faktor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian menjalin suatu hubungan cinta. Hal ini terutama terjadi pada para pria. Banyak pria tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik, sedang wanita lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya. Ini terbukti dengan banyak fakta menunjukkan bahwa wanita cantik lebih mudah memperoleh teman kencan ketimbang pria yang berwajah tampan. Selain penjelasan itu, pemilihan pasangan berdasar ciri-ciri fisik juga terkait dengan prinsip keseimbangan (matching phenomena) di antara kedua belah pihak dan stereotip tentang penampilan menarik seseorang yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan konsep stereotip, seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam suatu periode waktu tertentu dan untuk mengelompok masyarakat tertentu, seperti stereotip wanita cantik pada periode 2000an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah perempuan yang berkulit putih, rambut sebahu, dan tubuh langsing. fenomena stereotip wanita cantik tahun 2000an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan publik dan media massa (televisi dan majalah).
c. Kesamaan dan Kebutuhan Saling Melengkapi (Komplementer)
Seseorang menyukai atau mencintai orang lain karena dapat terjadi karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain. Banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku, lebih memilih kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia.
d. Seseorang Mencintai Orang yang Mencintai Dirinya
Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya karena apabila seseorang dinilai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang dimana dirinya mendapat ganjaran (hadiah) karena memperoleh cinta itu. Ini sesuai dengan teori Abraham Maslow (dalam Myers, 2002) yang menyatakan bahwa manusia perlu atau ingin dicintai dan mencintai.
e. Keuntungan yang Diperoleh dari Suatu Hubungan
Berdasar pada teori pertukaran sosial (exchange theory) yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbal balik maka orang akan mencintai dan terus mencintai orang lain karena orang lain tersebut memberi banyak keuntungan yang signifikan kepada dirinya. Keuntungan itu dapat bersifat fisik, psikologis, material, dan spirituil.
TIGA ASPEK CINTA
Stenberg (Beck, 1992) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek yang tercakup dalam fenomena cinta, yaitu:
a. Keintiman : mengacu pada perasaan kedekatan atau perasaan keterhubungan dengan orang lain.
b. Kegairahan: sumber pembangkit yang mengacu pada keterbangkitan fungsi-fungsi emosi dan fungsi biologis yang kuat.
c. Komitmen : berhubungan dengan keputusan tentang keterikatan seseorang dengan orang lain dalam suatu hubungan.
JENIS HUBUNGAN CINTA
Apabila dilihat dari proses kejiwaan dan perilaku maka cinta dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu cinta bergairah (passionate love) dan cinta keakraban (companionate love).
a. Cinta bergairah
Ciri - ciri:
- dalam hubungan cinta sering emosi menjadi tidak terkendali
- hubungan yang sangat bersifat intens dan hot
- suasana psikologis kadang dalam keadaan bergejolak
NB: pelaku dalam cinta bergairah ini merasakan dalam dirinya kondisi psikologis yang disebut eforia atau kondisi kebahagiaan yang berlebihan sehingga mengurangi kontrol rasionalitas yang normal dalam dirinya. Terjadi proses bangkitnya dan terangsangnya fungsi-fungsi tubuh dan kejiwaan yang mengarah pada upaya-upaya pemenuhan cinta secara ketubuhan. keadaan ini kemudian terwujud dalam ketagihan untuk selalu bertemu dengan pasangannya karena kadar kontrol diri dan rasionalitas yang lemah dalam diri pelaku cinta ini sering muncul masalah-masalah interpersonal, seperti cemburu buta dan posesif.
b. Cinta Keakraban
Ciri-ciri:
- adanya kelekatan afeksi di antara kedua pelaku cinta
- terdapatnya nilai-nilai yang berkesesuaian di antara kedua pelaku cinta
- iklim hubungan yang hangat yang ditunjukkan dengan perilaku saling memahami antara kedua belah pihak
- hubungan cinta menyebabkan suasana hati yang nyaman antara kedua belah pihak pelaku cinta.
NB: Hubungan interpersonal dalam jenis cinta ini ditunjukkan melalui hubungan yang bersifat akrab dan berdasar pada rasionalitas berfikir. jenis cinta ini termasuk jenis cinta yang terdapat di dalamnya kematangan hubungan dan kematangan interpersonal di antara kedua belah pihak.
Demikianlah diatas beberapa pemaparan mengenai cinta dipandang dari perspektif psikologi. Semoga bisa menjadi cerminan tipe cinta manakah yang sedang Anda alami. :-) Semoga bermanfaat.
Daftar Rujukan
Hanurawan, Fattah. 2007. Pengantar Psikologi Sosial. Malang: UM Press.